Minggu, 29 Desember 2013

Untuk Bapak :)


Bapak.
Saya yang Setahun lalu dan tahun-tahun yang telah lewat pernah sangat membenci nama itu. Saya dan Bapak memiliki sejarah panjang yang boleh dibilang tidak terlalu bagus untuk dikenang.  Bapak saya tidak seperti bapak yang kebanyakan saya lihat pada keluarga teman-teman saya.

Ketika saya kecil dulu, dalam benak saya beliau adalah sosok menyeramkan. Suka membanting barang, bersuara keras yang kerap menciutkan nyali saya, dan ringan tangan. Beranjak remaja, imej itu tetap tinggal di ingatan saya. Sebab itulah saya pernah menjadi orang yang sangat pendiam, tidak peduli dengan sekitar, pemarah dan tidak memiliki banyak teman. Di rumah, tempat favorit saya adalah kamar dan buku-buku bacaan. Saya sengaja mengunci diri di ruang yang hanya ada saya bersama segala kesepian dan luka yang sudah saya miliki jauh sebelum saya mulai belajar paham tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saya menyimpan kemarahan demi kemarahan yang kemudian melahirkan dendam. Saya membenci Bapak.

Saya dan Bapak ibarat dua mata uang yang tidak pernah bertemu. Terkadang saya merasa asing. Tidak pernah ada perbincangan hangat dan santai di antara kami berdua.

Satu hal yang semakin memantik api kebencian di hati saya, semakin dalam sakit yang Ibu rasakan maka semakin dalam pula pusaran benci itu.

Lalu, suatu ketika, entah bermula di titik mana, saya begitu merindukan Bapak.  Di tempat yang jauh dari rumah ini, saya belajar banyak hal. Salah satunya belajar memaafkan, mencintai dan berusaha memahami cara berpikir Bapak. Saya mendapati kenyataan bahwa saya sangat membenci sekaligus menyayangi Bapak. Saya dan Bapak memiliki satu kesamaan, sulit mengungkapkan perasaan terhadap satu sama lain.


Liburan kemarin, saya membonceng motor Bapak ke lokasi penelitian tugas akhir saya. Duduk di belakang beliau serta merta memanggil pulang kenangan yang tak banyak bersama Bapak. Kembali ke masa ketika saya masih bocah dan membonceng di motornya, memeluk pinggangnya dan menempelkan wajah saya ke punggungnya. Kembali ke masa ketika Bapak memukuli saya untuk kesalahan yang tidak saya lakukan. Kembali ke masa ketika saya menyaksikan kemarahan-kemarahan, keegoisan dan ketidakpeduliaan Bapak. Kembali ke masa ketika saya berlari kencang meninggalkan rumah sambil menangis dan berdoa dalam hati semoga saya lekas tamat sekolah, dan kuliah di tempat yang jauh.

Saya menangis.

Kepulangan saya ke rumah liburan kemarin sangat berarti bagi saya. Allah mengabulkan doa yang saya kirimkan menjelang keberangkatan saya. Saya berharap agar seluruh kenangan buruk yang pernah saya terima di rumah, luruh. Saya berdoa semoga kepulangan saya ke rumah, melahirkan penerimaan dan kedamaian yang utuh. Meskipun kelak, mungkin saja hal-hal itu akan terulang lagi, saya sudah bisa menghadapinya dengan penuh kedewasaan.

Perasaan yang pernah saya dambakan selama 24 tahun hidup saya di dunia akhirnya bisa saya rasakan. Saya tahu Bapak menyayangi saya dengan caranya sendiri. Jarak membuat saya dan Bapak menyadari betapa hati kami sebenarnya dekat. Tanpa harus dibarengi kata-kata, tapi tindakan Bapak sudah mencerminkan beliau sudah mulai berubah setidaknya sedikit demi sedikit. Sungguh Allah memiliki cara yang hebat untuk menyentuh hati-hati hamba-Nya.

Saya memutuskan berhenti menyalahkan keadaan, berhenti memunggungi Bapak. Sekarang saya punya kebiasaan baru, mendoakan Bapak dan Ibu menjelang tidur. Terkadang air mata saya membanjir, teringat masih banyak hutang kehidupan yang belum saya tunaikan. Untuk Bapak. Untuk Ibu. Untuk adik-adik saya :')

Bapak juga punya kebiasaan baru, rajin menelpon. Bapak sudah punya hape :D

Saya menyayangi Bapak. Sangat... Saya tidak akan pernah meninggalkan rumah hingga tiba saatnya Bapak ikhlas memercayakan hidup dunia dan akhirat saya pada 'seseorang' yang beliau percayai.

Sabtu, 28 Desember 2013

Hey, You! I'm Still Alive! :)

Bismillah....

Alhamdulillah, saya kembali :')
“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.”
― Mahatma Gandhi
I will... Setelah semua yang saya lewati sepanjang tahun 2013, saya berharap tahun 2014 semua ketololan, kealpaan dan hal-hal buruk lainnya bisa saya hindari dan tidak lagi saya ulangi. Hati saya diberi kelapangan untuk belajar. Iya, semoga... Aamiin :')

"Those who don't learn from history are doomed to repeat it."
-George Santayana