Andai
saya dikasih kesempatan menilai diri saya sendiri, saya dengan terang benderang
akan mengakui bahwa saat ini saya masih berada pada situasi sedang berusaha
memanfaatkan turning point untuk
hidup saya.
I’m just an ordinary girl.
Yang
sedang belajar menjadi pembohong yang baik.
Mengutip
kata seseorang, dia yang pandai mengontrol mood
atau emosinya adalah seorang pembohong. Pelan-pelan, saya menuju ke arah
sana. Pembohong yang baik. Saat usia saya masih terbilang remaja, saya adalah
tipe orang yang sulit menyembunyikan kemarahan dan kekesalan, mudah tersulut
amarah. Semua yang mengenal dekat saya tahu akan hal itu. Tidak heran bila ada satu-dua orang yang mengaku segan berteman dekat dengan saya karena itu. Takut kena semprot
mulut pedas saya *sigh*
Saya ingin bilang kalau Nafilah Nurdin yang sekarang sudah berbeda dengan yang kamu kenal beberapa bulan/tahun lalu :D
Saya ingin bilang kalau Nafilah Nurdin yang sekarang sudah berbeda dengan yang kamu kenal beberapa bulan/tahun lalu :D
Everything happens for reason.
Demikian
pula saya. Bayangkan dirimu berada di lingkungan yang memaksamu harus memendam
perasaan marah selama bertahun-tahun. Menciptakan tokoh lain di dalam dirimu
serupa karakter gelap yang sewaktu-waktu memunculkan diri, menyamarkan wajahmu
yang lain. Usiamu belum cukup matang untuk paham bagaimana cara membaca hatimu
sendiri. Tidak ada orang yang mau mendengarkan kisahmu hingga pada akhirnya
kamu lelah dan takut menaruh rasa percaya pada yang lain. Hal itu terus menerus berlangsung bahkan setelah usiamu beranjak dewasa.
Saya
sudah tidak tertarik menyalahkan apa dan siapa. Masa itu sudah lewat. Sekali
lagi, sesuatu terjadi pasti ada alasannya.
Dan
inilah saya…
Terkadang
saya masih sering terpeleset tanpa sadar nyinyir jika mendapati seseorang
melakukan hal yang saya anggap tidak benar atau berlebihan. Semisal menulis
status lebay bin alay di sosmed. Namun dengan cepat saya bisa me-recovery sikap saya yang seperti itu.
Membisikkan kepada hati kecil saya, mungkin saja dia yang menulis status itu
tidak punya pilihan selain menuliskan apa yang ia rasakan di sosmed. Atau bisa
saja itu adalah cara dia mengekspresikan dirinya. Satu hal yang ingin saya
percayai adalah, saya sepatutnya tidak punya hak apa-apa men-judge seseorang dengan sesuka hati. Terlepas
dari ketidaksukaan atau tidak sependapat, selalu ada situasi-situasi bagi orang
lain yang berada di luar jangkauan mata dan hati saya. Dan lagipula, saya bukanlah orang sempurna yang selalu membicarakan atau memuntahkan kata-kata baik dan benar. Semakin leluasa saya memahami perilaku orang, semakin jauh pula saya mengenal jati diri saya sendiri.
Beginilah
cara saya menjadi pembohong yang baik. Pun bila saya sedang sedih tak ketulungan,
marah dan semacamnya, saya tidak lagi menampakkannya dengan nyata. Saya simpan
dan ada waktu-waktu tertentu saya menangis diam-diam sendirian.
Memanggil-manggil nama Allah.
Saya
percaya setiap dari kita, akan selalu memiliki rahasia yang kita simpan untuk
kita nikmati sendirian.
Bila dulu saya memendam dan menjadikannya saksi ketidakbahagiaan saya, sekarang saya mempelajari apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan, apa yang saya dengar entah itu luka atau bahagia sebagai obat hati saya yang dingin dan renta. Syukur-syukur kelak akan menjadi pemantik semangat dan menjelma kisah yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya kelak. Oleh-oleh dari masa lalu ibu mereka. :D
Bila dulu saya memendam dan menjadikannya saksi ketidakbahagiaan saya, sekarang saya mempelajari apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan, apa yang saya dengar entah itu luka atau bahagia sebagai obat hati saya yang dingin dan renta. Syukur-syukur kelak akan menjadi pemantik semangat dan menjelma kisah yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya kelak. Oleh-oleh dari masa lalu ibu mereka. :D
I’m just an ordinary girl….
Saya
pernah mengatakan kepada adik-adik binaan bahwa jika seseorang telah mengenal
dirinya sendiri, maka ia telah melewati satu step lebih dekat pada Allah. Ia yangtahu apa kelebihan dan kekurangannya
akan mengetahui bagaimana membawa dan memperlakukan dirinya dengan semestinya.
I thought it was me…
Saya
tidak sedang menyombongkan diri bila saya mengatakan saya memiliki banyak
teman. Teman kuliah, teman di organisasi, teman penulis hingga teman yang saya
jumpai di dunia maya. Dan saya tidak mengada-ada bila saya mengatakan bahwa
saya adalah orang yang kesepian. Ini tidak menyedihkan sebab saya sendiri yang
memilih menyepikan diri. Saya tidak menyukai keramaian, kerap kali jengah
berjalan di tengah orang banyak. Satu-satunya tempat yang membuat saya merasa
nyaman sepanjang waktu adalah kamar kosan. Saya terbiasa menyendiri. Saya
senang menjalin pertemanan, akan tetapi ada hal-hal yang sangat sulit saya bagikan
kepada teman-teman mulai dari yang umum sampai yang sifatnya prinsipil. Saya
pendengar yang baik tapi bukan pencerita yang baik. Mungkin karena itulah saya
menyukai menulis cerita, sebab hanya dengan itu saya bisa mengeluarkan apa yang
saya pikirkan tanpa khawatir pilihan kalimat saya akan acakadut seperti ketika
saya berbicara langsung.
Well, I’m just an ordinary girl who
dreams for a better future…
Yang
masih sering galau dengan masalah-masalah kecilnya.
Yang
masih suka kebingungan dengan warna hatinya sendiri.
Yang
masih ingin jatuh cinta lagi, tapi nanti jika waktunya sudah tepat.
Yang
masih suka menonton drama korea dan dengerin lagu-lagu kpop.
Yang
masih jauh dari identitas ‘akhwat idaman’ dan ‘istri idaman’ *salto 100 kali*
…
dan masih banyak lainnya.