Minggu, 05 Oktober 2014

R E F L E C T I O N


Andai saya dikasih kesempatan menilai diri saya sendiri, saya dengan terang benderang akan mengakui bahwa saat ini saya masih berada pada situasi sedang berusaha memanfaatkan turning point untuk hidup saya.

I’m just an ordinary girl.

Yang sedang belajar menjadi pembohong yang baik.

Mengutip kata seseorang, dia yang pandai mengontrol mood atau emosinya adalah seorang pembohong. Pelan-pelan, saya menuju ke arah sana. Pembohong yang baik. Saat usia saya masih terbilang remaja, saya adalah tipe orang yang sulit menyembunyikan kemarahan dan kekesalan, mudah tersulut amarah. Semua yang mengenal dekat saya tahu akan hal itu. Tidak heran bila ada satu-dua orang yang mengaku segan berteman dekat dengan saya karena itu. Takut kena semprot mulut pedas saya *sigh*
Saya ingin bilang kalau Nafilah Nurdin yang sekarang sudah berbeda dengan yang kamu kenal beberapa bulan/tahun lalu :D

Everything happens for reason.

Demikian pula saya. Bayangkan dirimu berada di lingkungan yang memaksamu harus memendam perasaan marah selama bertahun-tahun. Menciptakan tokoh lain di dalam dirimu serupa karakter gelap yang sewaktu-waktu memunculkan diri, menyamarkan wajahmu yang lain. Usiamu belum cukup matang untuk paham bagaimana cara membaca hatimu sendiri. Tidak ada orang yang mau mendengarkan kisahmu hingga pada akhirnya kamu lelah dan takut menaruh rasa percaya pada yang lain. Hal itu terus menerus berlangsung bahkan setelah usiamu beranjak dewasa.

Saya sudah tidak tertarik menyalahkan apa dan siapa. Masa itu sudah lewat. Sekali lagi, sesuatu terjadi pasti ada alasannya.

Dan inilah saya…
Terkadang saya masih sering terpeleset tanpa sadar nyinyir jika mendapati seseorang melakukan hal yang saya anggap tidak benar atau berlebihan. Semisal menulis status lebay bin alay di sosmed. Namun dengan cepat saya bisa me-recovery sikap saya yang seperti itu. Membisikkan kepada hati kecil saya, mungkin saja dia yang menulis status itu tidak punya pilihan selain menuliskan apa yang ia rasakan di sosmed. Atau bisa saja itu adalah cara dia mengekspresikan dirinya. Satu hal yang ingin saya percayai adalah, saya sepatutnya tidak punya hak apa-apa men-judge seseorang dengan sesuka hati. Terlepas dari ketidaksukaan atau tidak sependapat, selalu ada situasi-situasi bagi orang lain yang berada di luar jangkauan mata dan hati saya. Dan lagipula, saya bukanlah orang sempurna yang selalu membicarakan atau memuntahkan kata-kata baik dan benar. Semakin leluasa saya memahami perilaku orang, semakin jauh pula saya mengenal jati diri saya sendiri.

Beginilah cara saya menjadi pembohong yang baik. Pun bila saya sedang sedih tak ketulungan, marah dan semacamnya, saya tidak lagi menampakkannya dengan nyata. Saya simpan dan ada waktu-waktu tertentu saya menangis diam-diam sendirian. Memanggil-manggil nama Allah.
Saya percaya setiap dari kita, akan selalu memiliki rahasia yang kita simpan untuk kita nikmati sendirian.
Bila dulu saya memendam dan menjadikannya saksi ketidakbahagiaan saya, sekarang saya mempelajari apa yang saya lihat, apa yang saya rasakan, apa yang saya dengar entah itu luka atau bahagia sebagai obat hati saya yang dingin dan renta. Syukur-syukur kelak akan menjadi pemantik semangat dan menjelma kisah yang akan saya ceritakan pada anak-anak saya kelak. Oleh-oleh dari masa lalu ibu mereka. :D

I’m just an ordinary girl….
Saya pernah mengatakan kepada adik-adik binaan bahwa jika seseorang telah mengenal dirinya sendiri, maka ia telah melewati satu step lebih dekat pada Allah. Ia yangtahu apa kelebihan dan kekurangannya akan mengetahui bagaimana membawa dan memperlakukan dirinya dengan semestinya.

I thought it was me… 

Saya tidak sedang menyombongkan diri bila saya mengatakan saya memiliki banyak teman. Teman kuliah, teman di organisasi, teman penulis hingga teman yang saya jumpai di dunia maya. Dan saya tidak mengada-ada bila saya mengatakan bahwa saya adalah orang yang kesepian. Ini tidak menyedihkan sebab saya sendiri yang memilih menyepikan diri. Saya tidak menyukai keramaian, kerap kali jengah berjalan di tengah orang banyak. Satu-satunya tempat yang membuat saya merasa nyaman sepanjang waktu adalah kamar kosan. Saya terbiasa menyendiri. Saya senang menjalin pertemanan, akan tetapi ada hal-hal yang sangat sulit saya bagikan kepada teman-teman mulai dari yang umum sampai yang sifatnya prinsipil. Saya pendengar yang baik tapi bukan pencerita yang baik. Mungkin karena itulah saya menyukai menulis cerita, sebab hanya dengan itu saya bisa mengeluarkan apa yang saya pikirkan tanpa khawatir pilihan kalimat saya akan acakadut seperti ketika saya berbicara langsung.

Well, I’m just an ordinary girl who dreams for a better future…
Yang masih sering galau dengan masalah-masalah kecilnya.
Yang masih suka kebingungan dengan warna hatinya sendiri.
Yang masih ingin jatuh cinta lagi, tapi nanti jika waktunya sudah tepat.
Yang masih suka menonton drama korea dan dengerin lagu-lagu kpop.
Yang masih jauh dari identitas ‘akhwat idaman’ dan ‘istri idaman’ *salto 100 kali*
… dan masih banyak lainnya.