Jumat, 24 Juni 2011

Amadiora (Part II)

HELAI DUA
Namaku Amadiora
Pukul 01.35 dini hari.
Kesibukan mendadak terlihat di rumah sakit kecil yang terletak di bagian selatan kota. Beberapa suster dan dokter jaga segera menyambut pasien yang diturunkan dari mobil ambulance. Seorang wanita paruh baya ikut berlari mengiringi kereta dorong yang membawa pasien tersebut menuju IGD.
Tuhan, selamatkan gadis malang ini…. Aku memohon.
“Anda keluarganya?” seorang dokter senior menemuinya.
“Pasien mengalami pendarahan hebat di bagian kepala, beberapa bagian tulang belakangnya juga mengalami keretakan. Dia harus menjalani operasi secepatnya. Kami butuh persetujuan dari pihak keluarga untuk melaksanakan operasi ini, anda keluarganya?”
Wanita itu terdiam beberapa jenak. Ia tidak mengenal adanya gadis malang itu, ia menemukannya terbaring di trotoar jalan yang lengang di pinggir kota. Gadis itu terluka parah, oleh sebab itulah ia bergegas membawanya ke rumah sakit.
“Maaf? Anda keluarganya atau bukan? Waktu kita tidak banyak,” desak sang dokter.
Wanita itu masih menenimbang.
“Saya keluarganya, saya yang akan bertanggung jawab. Lakukan operasinya, dok.”
“Baiklah. Silahkan ke bagian administrasi.”
Benar-benar gadis yang malang. Dari mana ia mendapatkan luka separah itu? Tergeletak tak sadarkan diri di pinggir jalan jauh dari pusat kota. Mungkinkah korban tabrak lari? Mengapa tak ada yang tergerak menolongnya? Jadi, seperti inikah hidup? Sudah macam belantara pula. Andai urusan kantor di luar kota tak selesai malam ini dan ia tak mengemudikan mobil pulang ke rumah, adakah yang akan menolongnya? Apakah gadis itu akan meregang nyawa sendirian di tempat sunyi itu? Terima kasih, nak. Kalau bukan karena rengekanmu meminta Mama pulang, entah siapa yang akan menolongnya….
Tak kurang setengah jam kemudian operasi berlangsung.
=oOo=
Arin merasa seluruh energinya tersedot habis. Kemana lagi ia mencari Tira? Orang terakhir yang ia kira bisa membantunya menemukan keberadaan Tira justeru mengantarkan pencariannya ke titik gelap.
“Tira memang sempat ke tempatku. Ia menginap semalam dan keesokan paginya dia pergi. Aku sudah coba menahannya, tapi kamu tahu sendiri Tira seperti apa. Dia tidak ingin kehadirannya merepotkan orang lain. Dia bersikeras tetap pergi,” ucap Kamila.
Ada jeda sekian detik.
“Tira selalu seperti itu. dia  tidak memiliki tempat tujuan, akan kemana dia?” Suara Arin bergetar. Cengkeramannya pada gelas berisi juice melon mengencang.
“Aku juga mencemaskan Tira. Belum pernah aku melihat Tira sekusut itu. dia seperti kehilangan pegangan dan semangat hidupnya.”
“Semalam aku bermimpi Tira datang menemuiku. Ia tidak mengatakan apapun, itu membuatku takut,” lirih Arin. Tatapannya menerawang jauh.
Diam. Keramaian kantin kampus berbanding terbalik dengan situasi hati Kamila dan Arin. Terlebih Arin. Jadi seperti inikah kehilangan itu? Bahkan untuk bernapas saja rasanya sangat sulit. Setiap ia mencoba mencari celah untuk memasukan oksigen ke dalam paru-parunya, saat itu pula darah merembes keluar dari perih hatinya. Sesak tak terperih.
Arin terisak. Ia belum bisa menguatkan diri. Dua pekan setelah kepergian Tira, labirin kenangan itu semakin bermakna. Kehilangan. Aih.
=oOo=
Sepasang mata bulan itu membuka perlahan.
“Apa kabarmu, nak? Bagaimana perasaanmu hari ini?”
Ia belum sepenuhnya sadar sedang berada dimana sekarang ini. Wanita di depannya terlihat ramah. Malaikatkah dia? Ia mengedip lambat. Kepalanya berdenyut sakit. Ia meringis.
Dimana aku?
“Rumah sakit.” Wanita itu seperti bisa membaca tanda tanya yang tersirat di matanya.
Ah, rumah sakit. Amadiora, aku pikir aku sudah tiba di sana….
“Kamu tertidur lama usai menjalani operasi. Ibu menemukanmu terluka parah dan tak sadarkan diri di pinggir jalan. Syukurlah operasinya berjalan lancar. Bagaimana perasaanmu?” Wanita paruh baya itu menyentuh kepalanya yang dibalut perban tebal.
“Kata dokter kamu masih harus menjalani perawatan intensif agar bisa sembuh total.”
“Oh ya, aku tidak menemukan tanda pengenal di antara barang-barangmu yang lain. Kalau boleh tahu siapa namamu, nak?” tanya wanita itu lagi.
Nama?  
Hening.
“Tidak apa-apa. Mungkin kamu masih shock terhadap apa yang kamu alami sebelumnya. Kamu boleh pelan-pelan bercerita setelah sembuh nanti. Sekarang beristirahatlah. Ibu ada di luar. Kalau kamu memerlukan sesuatu tekan  saja tombol hijau ini ya? Ibu akan datang. Oke?” Wanita itu tersenyum lembut.
Teduh betul wajah itu, ya Allah, mengingatkannya pada seseorang.
“Namaku Dio….” Suara itu terdengar lirih.
Wanita paruh baya itu mendekatkan wajahnya. “Ya?”
“Namaku. Namaku Diora. Amadiora.” Pelan.


Antara Kerja Keras, harapan dan Kegagalan

Pertama-tama... Aku ingin menangis. Tapi berhubung aku lagi ngenet di hotspot, tentu saja di antara banyak orang, di antara berpasang-pasang mata, jadi mana mungkin aku dengan lugunya menangis meraung-raung di tempat ini?

Tar malem aja, pas lagi sunyinya kost-an baru deh bisa nangis sekuat tenaga. Sampe melampiaskan kesedihan sama daun pintu juga boleh!

Hari ini aku mau share sesuatu. Seperti judul tulisan aku hari ini. Antara Kerja keras, harapan dan kegagalan. Ada apa ya?
Ada beraneka macam rasa. Kesal, sedih, marah, kecewa, aiiiih... segala macam rupa. Hari ini aku berdiri di antara ketiga hal di atas. Rasanya perih benar, setelah tahu usulan KKP alias KKN-ku ditolak mentah-mentah oleh pihak rektorat di kampusku. Setelah melewati dua hari yang melelahkan, mengurus ini-itu yang berkaitan dengan berkas-berkas yang harus selekas mungkin disetor ke rektorat dalam hal ini pihak yang berkaitan langsung dengan proses KKP/KKN ini. Aku dan beberapa teman yang juga memiliki hajat yang sama tergopoh-gopoh berjibaku dengan waktu yang sudah sangat mepet. Kami saling menyemangati, bahwa dengan bersemangat kami bisa menyelesaikan apa yang telah kami mulai hari itu.

Ah yaaa.... Kami memang berhasil menyelesaikan berkas tersebut tapi tahukah apa yang terjadi ketika keesokan harinya, ketika menyetor berkas-berkas tersebut hanya 3 dari 8 berkas yang diterima. Berkasku termasuk dalam gelombang yang ditolak mentah-mentah. Maka mengertilah aku apa yang dinamakan kekecewaan. Mau kujabarkan rasanya? Ada desakan yang sedemikian kuat di balik rongga dada yang menyebabkan selaput mata mengkristal, menebal lalu pecah menjadi butiran-butiran bening, menangis. Kecewa itu menyakitkan. Terlebih lagi bila kita terlalu dalam menaruh harap. Kemudian pada akhirnya malah tong kosong yang ditunai.

Lalu, apakah salah jika kita terlalu berharap pada sesuatu? Ah, kurasa tidak. Tidak ada yang salah dengan HARAPAN. Aku pernah membaca (lupa di mana), bahwa yang kita butuhkan agar tetap survive alias eksis adalah terus berharap, terus memiliki harapan. Coba bayangkan, saat tidur di malam hari kita tak merencanakan apapun untuk hari esok, tidak mengirim doa sebait pun kepada Tuhan, tidak memikirkan apa yang terjadi bila keesokan paginya dunia yang kita pijak sudah berbeda. Apa yang akan kita lakukan jika kita tak terbangun lagi esok harinya? Itulah yang aku sebut harapan. Keinginan agar terus bergerak. Berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat. Harapan adalah energi paling besar yang mengikuti sebuah pijakan doa.

Harapan, kerja keras dan doa. Cukupkah itu saja yang kita tanamkan dalam hati demi mengejar mimpi dan cita-cita? Sekali lagi, tidak. Masih ada satu lagi, lagi, lagi dan banyak lagi. Kesabaran dan pantang menyerah. salah satu dari sekian banyak rumus hidup yang harus kita pahami dan miliki. Aku tahu untuk menumbuhkan hal semacam itu di dalam lubuk hati kita amatlah sulit. Tetapi, kata Ibuku tidak ada yang mustahil sepanjang kita berusaha. Kegagalan mengajarkan kita tentang banyak hal. Dengan mata hati yang jernih, kita bisa melihat betapa baiknya Allah SWT, Tuhan yang maha sempurna mengaruniakan kita kegagalan. Bagiku kegagalan bisa berarti, sebuah gerbang indah menuju hari yang lapang, bersama kegagalan aku bisa melihat kesuksesan yang menghadangku akan lebih besar apabila aku tidak menyerah dan terus mengusahakan dan berdoa.

Baiklah, setelah menulis ini aku merasa sangat lapang. Menyayangi diriku dengan menulis, memelihara hatiku dengan jalan berbagi, sekecil apapun itu. Aku gagal ikut KKP/KKN semester ini, toh masih ada semester depan. Aku percaya Allah yang maha baik menyimpan hikmah yang sangat baik dibalik kegagalanku hari ini.

Jadi, kepada teman-teman yang pernah mengalami kegagalan, ayuuuk... jangan menyerah karena kita terlalu berharga bila harus terhenti di persimpangan bernama Kegagalan. Hwaiting!!

Ibu, aku mencintaimu...
Bapakku yang pendiam
Adik-adikku tersayang, kalian tahu bagaimana rupa cintaku pada kalian.

Jangan menyerah!!
Luv u...

Minggu, 12 Juni 2011

CurCol siang-siang

Assalamu`alaikum...


Selamat siang...
Ahaaai, aku baru nyadar udah lama gak nge-post apapun di sini. Ckckckck... Blog yang malang, selalu ditinggal seenak hati pemiliknya. uhhhmmm... di postingan perdana setelah hiatus tanpa alasan ini aku mau curhat tentang banyaaak hal. Curcol ah hehe...

Pertama tentang `kegilaanku` pada K-Pop dan tentu saja Drama dan Film korea. Belakangan aku makin `parah` gara-gara kepincut sama Super Junior. Tahu Super Junior kan? Yang demen sama K-Pop pasti tau lah yang mana itu Super Junior. Sudah terhitung sebulan aku rajin berburu lagu dan segala berita tentang mereka. Kalo mau dibilang ngefans, gak juga sih. Hoho, aku belum dan gak mau nyebut diriku ini ELF (nama penggemar SuJu). Kenapa aku mendadak menyukai Suju? Mungkin karena aku kebetulan suka sama lagu-lagu mereka kali yah? Terutama lagu Angel yang jadi Ost-nya Haru. Kalo mau nge-donlot lagunya bisa di sini http://ihoneydew.com/male-groups/425-shinee-super-junior-girls-generation-snsd-haru-ost-full/. Udah lengkap semua dah.
Nih yang namanya Suju...! Cakep-cakep kan? :D

Selain itu aku juga lagi ngikutin 3 Drama yang lagi On air di Korea sono. Ada Lie To Me (Yoon Eun Hye), The Greatest Love a.k.a Best Love (Cha Seung Woo) dan Dramanya si Lee Min Ho, City hunter.

Apa lagi yah? oiya... selain aktif browsing lagu n film korea, untuk mengisi waktu luang setelah Final test hampir berakhir aku berencana meneruskan proyek `acakadut` beberapa cerpen ngatung, novelet dan menulis kembali lanjutan draft novel yang ngadar-ngadat di tengah jalan. Psssttt... lagi belajar jadi penulis ini hehe...

Dan yang paling pentingnya adalaaaaah aku mau membenahi kembali Blog tersayangku ini! Gara-gara cembokur tingkat dewa demi melihat betapa cantik dan bagusnya blog teman-teman lain, yang kutemukan dengan sengaja dan nggak sengaja saat browsing (asal tau aja aku ini si tukang browsing asal-asalan). Istilahku : Jelajah-dapet-ambil.

Yah, walaupun pengetahuanku tentang Blog masih seupil tapi aku teteup pengen mengembangkannya *sambil masang teropong nyari guru Blog yang mau sekarela tulus ikhlas ngajarin aku wakakakaka....

Sekian dulu curcol gak jelas ini, itung-itung sebagai penanda kembalinya aku ke dunia... dunia apa ya? Dunia maya!

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan Wassalamu alaikum Aku pamit. Oya, postingan depan aku mau ngepost Kumcer yang memuat cerpenku. Yes! Hwaiting! Semangat! Semangkaaaaaa

Salam hangat,
K