Pertama-tama... Aku ingin menangis. Tapi berhubung aku lagi ngenet di hotspot, tentu saja di antara banyak orang, di antara berpasang-pasang mata, jadi mana mungkin aku dengan lugunya menangis meraung-raung di tempat ini?
Tar malem aja, pas lagi sunyinya kost-an baru deh bisa nangis sekuat tenaga. Sampe melampiaskan kesedihan sama daun pintu juga boleh!
Hari ini aku mau share sesuatu. Seperti judul tulisan aku hari ini. Antara Kerja keras, harapan dan kegagalan. Ada apa ya?
Ada beraneka macam rasa. Kesal, sedih, marah, kecewa, aiiiih... segala macam rupa. Hari ini aku berdiri di antara ketiga hal di atas. Rasanya perih benar, setelah tahu usulan KKP alias KKN-ku ditolak mentah-mentah oleh pihak rektorat di kampusku. Setelah melewati dua hari yang melelahkan, mengurus ini-itu yang berkaitan dengan berkas-berkas yang harus selekas mungkin disetor ke rektorat dalam hal ini pihak yang berkaitan langsung dengan proses KKP/KKN ini. Aku dan beberapa teman yang juga memiliki hajat yang sama tergopoh-gopoh berjibaku dengan waktu yang sudah sangat mepet. Kami saling menyemangati, bahwa dengan bersemangat kami bisa menyelesaikan apa yang telah kami mulai hari itu.
Ah yaaa.... Kami memang berhasil menyelesaikan berkas tersebut tapi tahukah apa yang terjadi ketika keesokan harinya, ketika menyetor berkas-berkas tersebut hanya 3 dari 8 berkas yang diterima. Berkasku termasuk dalam gelombang yang ditolak mentah-mentah. Maka mengertilah aku apa yang dinamakan kekecewaan. Mau kujabarkan rasanya? Ada desakan yang sedemikian kuat di balik rongga dada yang menyebabkan selaput mata mengkristal, menebal lalu pecah menjadi butiran-butiran bening, menangis. Kecewa itu menyakitkan. Terlebih lagi bila kita terlalu dalam menaruh harap. Kemudian pada akhirnya malah tong kosong yang ditunai.
Lalu, apakah salah jika kita terlalu berharap pada sesuatu? Ah, kurasa tidak. Tidak ada yang salah dengan HARAPAN. Aku pernah membaca (lupa di mana), bahwa yang kita butuhkan agar tetap survive alias eksis adalah terus berharap, terus memiliki harapan. Coba bayangkan, saat tidur di malam hari kita tak merencanakan apapun untuk hari esok, tidak mengirim doa sebait pun kepada Tuhan, tidak memikirkan apa yang terjadi bila keesokan paginya dunia yang kita pijak sudah berbeda. Apa yang akan kita lakukan jika kita tak terbangun lagi esok harinya? Itulah yang aku sebut harapan. Keinginan agar terus bergerak. Berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat. Harapan adalah energi paling besar yang mengikuti sebuah pijakan doa.
Harapan, kerja keras dan doa. Cukupkah itu saja yang kita tanamkan dalam hati demi mengejar mimpi dan cita-cita? Sekali lagi, tidak. Masih ada satu lagi, lagi, lagi dan banyak lagi. Kesabaran dan pantang menyerah. salah satu dari sekian banyak rumus hidup yang harus kita pahami dan miliki. Aku tahu untuk menumbuhkan hal semacam itu di dalam lubuk hati kita amatlah sulit. Tetapi, kata Ibuku tidak ada yang mustahil sepanjang kita berusaha. Kegagalan mengajarkan kita tentang banyak hal. Dengan mata hati yang jernih, kita bisa melihat betapa baiknya Allah SWT, Tuhan yang maha sempurna mengaruniakan kita kegagalan. Bagiku kegagalan bisa berarti, sebuah gerbang indah menuju hari yang lapang, bersama kegagalan aku bisa melihat kesuksesan yang menghadangku akan lebih besar apabila aku tidak menyerah dan terus mengusahakan dan berdoa.
Baiklah, setelah menulis ini aku merasa sangat lapang. Menyayangi diriku dengan menulis, memelihara hatiku dengan jalan berbagi, sekecil apapun itu. Aku gagal ikut KKP/KKN semester ini, toh masih ada semester depan. Aku percaya Allah yang maha baik menyimpan hikmah yang sangat baik dibalik kegagalanku hari ini.
Jadi, kepada teman-teman yang pernah mengalami kegagalan, ayuuuk... jangan menyerah karena kita terlalu berharga bila harus terhenti di persimpangan bernama Kegagalan. Hwaiting!!
Tar malem aja, pas lagi sunyinya kost-an baru deh bisa nangis sekuat tenaga. Sampe melampiaskan kesedihan sama daun pintu juga boleh!
Hari ini aku mau share sesuatu. Seperti judul tulisan aku hari ini. Antara Kerja keras, harapan dan kegagalan. Ada apa ya?
Ada beraneka macam rasa. Kesal, sedih, marah, kecewa, aiiiih... segala macam rupa. Hari ini aku berdiri di antara ketiga hal di atas. Rasanya perih benar, setelah tahu usulan KKP alias KKN-ku ditolak mentah-mentah oleh pihak rektorat di kampusku. Setelah melewati dua hari yang melelahkan, mengurus ini-itu yang berkaitan dengan berkas-berkas yang harus selekas mungkin disetor ke rektorat dalam hal ini pihak yang berkaitan langsung dengan proses KKP/KKN ini. Aku dan beberapa teman yang juga memiliki hajat yang sama tergopoh-gopoh berjibaku dengan waktu yang sudah sangat mepet. Kami saling menyemangati, bahwa dengan bersemangat kami bisa menyelesaikan apa yang telah kami mulai hari itu.
Ah yaaa.... Kami memang berhasil menyelesaikan berkas tersebut tapi tahukah apa yang terjadi ketika keesokan harinya, ketika menyetor berkas-berkas tersebut hanya 3 dari 8 berkas yang diterima. Berkasku termasuk dalam gelombang yang ditolak mentah-mentah. Maka mengertilah aku apa yang dinamakan kekecewaan. Mau kujabarkan rasanya? Ada desakan yang sedemikian kuat di balik rongga dada yang menyebabkan selaput mata mengkristal, menebal lalu pecah menjadi butiran-butiran bening, menangis. Kecewa itu menyakitkan. Terlebih lagi bila kita terlalu dalam menaruh harap. Kemudian pada akhirnya malah tong kosong yang ditunai.
Lalu, apakah salah jika kita terlalu berharap pada sesuatu? Ah, kurasa tidak. Tidak ada yang salah dengan HARAPAN. Aku pernah membaca (lupa di mana), bahwa yang kita butuhkan agar tetap survive alias eksis adalah terus berharap, terus memiliki harapan. Coba bayangkan, saat tidur di malam hari kita tak merencanakan apapun untuk hari esok, tidak mengirim doa sebait pun kepada Tuhan, tidak memikirkan apa yang terjadi bila keesokan paginya dunia yang kita pijak sudah berbeda. Apa yang akan kita lakukan jika kita tak terbangun lagi esok harinya? Itulah yang aku sebut harapan. Keinginan agar terus bergerak. Berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat. Harapan adalah energi paling besar yang mengikuti sebuah pijakan doa.
Harapan, kerja keras dan doa. Cukupkah itu saja yang kita tanamkan dalam hati demi mengejar mimpi dan cita-cita? Sekali lagi, tidak. Masih ada satu lagi, lagi, lagi dan banyak lagi. Kesabaran dan pantang menyerah. salah satu dari sekian banyak rumus hidup yang harus kita pahami dan miliki. Aku tahu untuk menumbuhkan hal semacam itu di dalam lubuk hati kita amatlah sulit. Tetapi, kata Ibuku tidak ada yang mustahil sepanjang kita berusaha. Kegagalan mengajarkan kita tentang banyak hal. Dengan mata hati yang jernih, kita bisa melihat betapa baiknya Allah SWT, Tuhan yang maha sempurna mengaruniakan kita kegagalan. Bagiku kegagalan bisa berarti, sebuah gerbang indah menuju hari yang lapang, bersama kegagalan aku bisa melihat kesuksesan yang menghadangku akan lebih besar apabila aku tidak menyerah dan terus mengusahakan dan berdoa.
Baiklah, setelah menulis ini aku merasa sangat lapang. Menyayangi diriku dengan menulis, memelihara hatiku dengan jalan berbagi, sekecil apapun itu. Aku gagal ikut KKP/KKN semester ini, toh masih ada semester depan. Aku percaya Allah yang maha baik menyimpan hikmah yang sangat baik dibalik kegagalanku hari ini.
Jadi, kepada teman-teman yang pernah mengalami kegagalan, ayuuuk... jangan menyerah karena kita terlalu berharga bila harus terhenti di persimpangan bernama Kegagalan. Hwaiting!!
Ibu, aku mencintaimu...
Bapakku yang pendiam
Adik-adikku tersayang, kalian tahu bagaimana rupa cintaku pada kalian.
Jangan menyerah!!
Luv u...
Jangan menyerah!!
Luv u...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^