Senin, 26 Maret 2012

Apakah defenisi Kebahagiaan itu?

Pertanyaan ini tiba-tiba saja menguasai aliran pikir saya. Kebahagiaan. Apa? Secara tidak sengaja saya `menemukan` catatan seorang kawan bloger. Tulisannya menyentuh kalau tidak bisa dibilang cukup menampar telak saya. Apakah defenisi bahagia menurut saya? Itu point pentingnya. Selama ini saya terlampau peduli pada sesuatu yang yang tidak jelas. Tepatnya belum jelas. Saya benar-benar malu dengan diri saya sendiri.
Apa defenisi bahagia bagi saya?
Bahagia...
sebenarnya ini sangat sederhana. Saya saja yang terlampau rumit.
Lihatlah, saya harus berpikir keras. Melipat dahi. Mencari-cari ke dalam apa yang saya lewatkan. Apa? Pada saat seperti apa kebahagian benar-benar saya rasakan?
Mungkin, ketika saya tuntas menyelesaikan tulisan ini.
Ini belum tuntas…
Akan saya tuntaskan nanti.

[Puisi] Aku, Kau dan Sunyi

Sunyi berlalu lalang di benakmu
Berjingkat-jingkat seperti khawatir kehadirannya mengagetkanmu
Tapi padaku, kau bilang sadar akan kehadirannya…
Ya ya ya…
Aku, kau, kita sadar.
Pada sunyi kita menggelepar sekarat
Tapi kita tak pernah benar-benar mati, sayangku…

Elegi, Tentang kita (Sebuah Cerita Tempo hari)

Surat Untukmu, Lelaki yang Mencintai Kopi
Dear, Kopi...
Hai. Apa kabarmu di sana? Aku harap kau selalu baik-baik saja. Sejujurnya aku membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk memutuskan menulis surat ini untukmu. Kau tahu kenapa? Karena surat ini boleh jadi berarti sebuah salam perpisahan dariku. Pisah tanpa sempat pernah bersama dalam hati. Percayalah, Surat ini tak akan pernah tiba ditanganmu. Aku pastikan tak ada pak pos yang akan datang menghampiri pintu rumahmu karena aku tidak berniat mengirimnya kepadamu. Kecuali kau benar-benar sakti hingga bisa menemukan surat ini.
Kau hening. Aku pembacamu.
Aku mencintaimu.
Di antara riuh cerita tentang Pramoedya, Soe Hoek Gie & Rendra. Ada cerita lain ikut terjalin. Kasat mata dan halus. Ya. Ketika tersadar aku telah terjatuh di tempat yang di kemudian hari terlalu sering memonopoli air mataku. Ah, cinta platonisku sayang...
Kau tahu aku mencintaimu. Itulah yang melukaiku. Kau tahu dan diam saja. Kau berada di tempat terbaikmu, mengamatiku tanpa berkata apa-apa. Tanpa sebuah kalimat yang bisa meyakinkanku bahwa aku tak sendirian dengan perasaan ini. Kau tak pernah melakukan apa-apa.
Itu tempo hari, sayang. Sekarang tidak lagi. Aku tak lagi memeluk luka sebab cintaku padamu, walaupun air mata ini masih rajin mengalir saban kali aku teringat padamu. Ahai, aku memang cengeng, bukan? Aku mencintamu. Kau tak mencintaiku tapi lebih dari mencintaiku. Maka itulah yang kusyukuri sekarang.
“Aku ingin berteman denganmu sampai aku mati.”
Terimakasih.
Seperti inilah kisah kita...
Pada sebuah hari yang biasa, kita bertukar cerita tentang Sastra, Filsafat, Psikologi, Politik dan hidup. Aku merasa telah menemukan apa yang pernah aku doakan kepada Tuhan. Kaulah penjelmaan doa itu. Lelaki yang mencintai kopi, malam dan buku-buku. Semakin sering aku bercengkrama denganmu maka semakin nyatalah aku kagum padamu. Kagum lalu cinta. Sebuah jembatan yang aneh, bukan? Orang-orang akan menganggap aku terlalu mudah jatuh hati padamu. Barangkali memang seperti itulah adanya. Aku, perempuan yang mudah jatuh hati. Tapi padamu, perasaan ini seolah mengakar subur. Menjelma cerita yang tiada lelah aku tuturkan pada sang waktu.
Perbincangan kita selalu seru.
Dan kau punya sebuah dunia yang kau huni. Sendirian. Tadinya aku bermaksud masuk dan turut serta tinggal bersamamu. Akan tetapi kau dengan halus menolak membuka pintu untukku. Duniamu hanya untukmu sendiri. Tidak ada tempat untukku di sana. Perih.
Kau menuntunku menemukan jalan bagaimana semestinya aku mencintaimu dengan sabar dan tekun. Kediamanmu yang hening. Kau tahu? Mencintaimu juga adalah melepaskanmu. Kau tahu bagaimana rasanya? bagi lelaki sepertimu yang mengaggap perkara ini terlampau sederhana bagi pehamamanmu bahkan tak cukup paham mengapa aku selalu terseok-seok menangisimu. Kau takkan pernah paham rupa cintaku sebab kau menakar semua ini dari kelogisanmu berpikir. Sedang aku menggenggamnya dengan rasa. Manalah sempat kompromi menyatukan kita?
Aku tidak lagi apa-apa.
Pepatah bijak berkata bahwasanya cinta adalah membiarkannya tetap pada tempatnya. Tak perlu menggenggamnya erat apalagi meminta balasan atas apa yang kita berikan sebab cinta adalah sebuah penerimaan. Menerima.
“Tetaplah mendoakanku agar menjadi orang baik.”
Aku selalu mendoakanmu.
Selalu.
Duhai lelaki yang mencintai kopi, malam & buku-buku...
Aku akan menyimpan kisah ini untuk anak-anakku kelak. Akan aku ceritakan pada mereka bahwa ibunya pernah jatuh cinta dengan seseorang yang baik namun merasa tak baik untuk ibu mereka. Anak-anakku pastilah tertawa mendengar ibunya tertolak seorang lelaki tampan. Kau boleh tertawa.
Ketahuilah, aku selalu memohon kepada Tuhan semoga kau & aku dikaruniakan waktu yang panjang agar kelak entah kapan dan dimana kita sempat bersua. Duduk bersama sebagai kawan lama di sebuah kedai kopi. Membincangkan Pramoedya, Soe Hoek Gie dan Rendra seperti yang sering kita lakukan sebelum cinta membawaku menjauh dari hatimu.
Aku baik-baik saja sekarang. Kau juga kan? Aku harap begitu. Kau pun harus baik-baik saja sekeras apapun dunia menempamu.
Always Remember You :)


*Episode-episode selanjutnya...

KB

[Part satu] Sebuah Prologue



(Tentang Kenangan)
Pada suatu waktu...
Kalian tahu pelangi? Yah, siapa yang tidak tahu. Kumparan sekumpulan warna itu akan muncul jika terjadi hujan di satu tempat dan pada saat yang bersamaan matahari berkhianat. Memunculkan pendar cahayanya. Pada saat itulah dispersi cahaya terjadi. Pecah menjadi bias warna-warni. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Aku bukan mau menceritakan pengkhianatan matahari terhadap hujan. bukan pula hendak membahas pelangi.
Aku akan menceritakan sebuah kisah pada kalian. Kisah kami. Tentang sebuah uraian pertemanan dari sebuah kampus hijau nun jauh di tanah ini. Walaupun kasat mata tapi aku yakin kisah ini menyerupai pendar warna pelangi bahkan bisa jadi lebih. Sangat berwarna. Setidaknya bagiku J
Kuputuskan menceritakannya dari awal. Bagaimana kami bertemu, berinteraksi kemudian membuat kenangan-kenangan lucu, bahagia, biasa saja, apa adanya, gila hingga kenangan yang memantik riak amarah. Aku akan menceritakannya pada kalian. Tentu saja aku perlu mengenalkan pada kalian siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita ini.
***
Here we comes...
Tentang sebuah masa dimana kami pernah saling mengenal, menerima dan berbagi... dan kemudian akan berpisah. Satu-persatu atau bersama-sama.
Kisah ini tentang kami. Aku dan seluruh dedengkot sebuah angkatan di Fakultas MIPA tercinta yang mengaku keren dan kompak kapanpun dan dimanapun kaki memijak sepanjang kamera masih ada, sebelum narsis dan berfoto sana-sini itu dilarang, For all the time, kami akan berusaha sekuat hati agar bisa terus ngeksis! Keren bukan? Jangan sekali-kali menyepelekan kenarsisan kami. Kau akan gigit jari.
Di sebuah kampus hijau. Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam. Angkatan 2008.
Tersebutlah kami...
Bertemu.
Malu-malu kucing.
Bertegur sapa.
Menjajaki perkenalan.
Melebur.
Mengenal.
Lalu mengabadi dalam kenangan. Sebuah ingatan.

Senin, 19 Maret 2012

My Brother

Penyanyi amatiran. Video ini diambil sekitar taon 2009. Banyak yang gak percaya sih kalo ini beneran adek saya yang nanyi. Wess lah.


Jumat, 02 Maret 2012

My Own

Gara-gara kesibukan yang bejibun *saya adalah orang yang sok sibuk :D* Blog tersayang ini agak ditelantarkan.
Iseng. Gak tahu mo nge-post apa.Jadiiii yaaaaa, saya posting aja picture barang-barang `berharga` yang selalu menemani saya kemana pun saya melanglang buana. Saya adalah tipikal orang yang setia *Percayalah, Fernandez* barang-barang saya ini seumuran dengan usia kuliah saya alias udah buluk! Kalo saya udah terlanjur suka dengan sesuatu saya gak mudah untuk menggantinya dengan yang lain. Cieeeeee.


Cekidot!

Hape pertama saya. Nokia 6030. Taon 2008, pas saya pertama masuk kuliah. Sampe sekarang masih saya pake

Tas Ransel kesayangan saya. Hadiah dari Bibi. Dapetnya semester 2

Laptop punya Ibu yang saya ambil alih

Dompet kesayangan

My Diary *Tsaaaah

My Qur`an

Namanya Kuhe. My Lope :D

Laptop pertama

*Banyak warna ijo kan? FYI, saya demen warna ijo... kalo ada yang mau ngasih sesuatu ngasihnya warna ijo ajah yak *plak

Foto Kenangan *Tsaaaaah

Foto ini diambil kalo gak salah taon 2007 di kegiatan ekstra sekolah. Jaman saya masih imut-imut (Huuueeeeeekkk). Syukur ada temen yang nyimpen file fotonya. :D