Senin, 25 Juni 2012

Intermezzo

... Bukankah hidup kita akhirnya harus bahagia?


Cinta, biar saja ada...
Bagaimanapun hidup, memang hanya cerita tentang yang meninggalkan dan yang ditinggalkan


Ada apa dengan cinta?

Tidak ada yang salah dengan cinta...

Hanya saja, seseorang (saya atau kamu) kadang keliru menempatkannya.

Berdoalah, semoga ia datang tepat waktu dan di waktu yang tepat.

Agar tidak ada kesia-siaan di rentan waktumu, waktuku.

Waktu kita.

Waktu Tuhan lah yang benar

Iya, kan?

Minggu, 24 Juni 2012

Cerita Hari Ini... Gegap Gempita Kemenangan dari Bumi Kinanah


Ada apa hari ini? Ada berita gembira bagi Mesir dan bagi seluruh umat muslimin dunia yang merindukan perdamaian dan kejayaan Islam. Pilpres langsung Mesir dimenangkan oleh Mohammed Moursi, beliau merupakan salah satu pejuang IM (Muslim Brotherhood). Setelah 84 tahun mendapatkan perlakuan tak  tak adil dari pemerintahan Mubarak, kini angin kebebasan itu menggenapi seluruh perjuangan mereka. Banyak sekali doa tumpah ruah, takbir yang tak putus-putus. Harapan pembebasan Palestina khususnya wilayah Gaza yang selama ini diblokade oleh Israel.



Pelajaran penting apa yang bisa diambil dari kemenangan Moursi? Bahwa, kesabaran dan keistiqamahan dalam memperjuangkan panji-panji Allah suatu saat pasti akan membuahkan hikmah yang teramat indah. Bukankah Allah Sang Maha Menepati Janji bagi orang-orang beriman?



Lihatlah... mereka membutuhkan 84 tahun untuk berjuang demi mencapai hari ini, tak terhitung pengorbanan jiwa dan raga, harta, kebebasan, semua direlakan hanya demi tegaknya Islam di bumi Kinanah. Kenapa? Karena mereka percaya Janji Allah... karena mereka percaya Allag tidak akan pernah menyia-nyiakan doa dan kerja keras mereka. Karena mereka percya. Itu saja. Sungguh besar makna sebuah kepercayaan...

 Selamat untuk Mesir. Semoga di sini, kami pun segera menyusul... Allahmumma Aamiin...

Sabtu, 23 Juni 2012

Jika Aku Mati

Tiba-tiba aku menangis... Akan seperti apakah aku di hati dan ingatan orang yang aku tinggalkan jika aku mati nanti? Entah besok, entah sekarang, detik ini...

Seperti apa kenangan mereka tentang aku?

Aku takut.

[Percakapan] Aku dan Om Donald :)

Sambil menunggu laga tanding EURO, aku ngajakin Om Donald (salah satu penulis senior) chatting via facebook. Beliau kembali memberiku pencerahan. Thanks a lot, Om Donald... Beliau sangat ramah dan mengayomi kami yang pemula ini. Senangnya bisa kenal dan berinteraksi dengan beliau :)
Sengaja saya publish di blog, bisa dibaca-baca suatu saat jika saya kembali mengendur dalam menulis.

Om Donald : Ini aku lanjutin disini ya.... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gifIde dari otak kiri biasanya dimiliki penulis yg memang jam terbangnya tinggi, mereka nulis karena kebutuhan industri media, jadi yg penting nulis, kirim dan tunggu (honornya, hehehe...)
Sementara penulis yg berkembang dari otak kiri, memang belajar teori, kemudian praktek dan pelan2 berhasil nembus media, begitu... gaya menulisnya nyaris mirip, demikian juga tema2 cerita, tak ada kejutan lagi, yah sekedar bacaan rutin bila berlangganan sebuah media... tetapi ada juga ide sebuah tulisan datang dari otak kanan (biasanya seperti ilham begitu deh...), ini selalu sangat berbeda ratusan kali kejeniusan hasilnya, selalu mencengangkan! siapa saja (pemula sekalipun) mungkin mendapatkannya...
Sebuah cerpen yg dibutuhkan media cetak yg rutin terbit, mereka butuh penulis hasil olahan industri, tak masalah, yg penting bisa menulis... 

#Fila perlu bermain pada level berbeda, kembangkan ciri sendiri, gaya bertutur, itu pasti!
Cerpen yang dilirik pembaca, adalah yang memiliki kejutan di setiap celah ceritanya, apalagi bila mampu mengejutkan di bagian akhir, kenangan pembaca akan lama sekali membekas!

Penulis model begini, menulis tidak terlalu serring, mereka memang menunggu ide tersebut datang, biasanya dia sudah punya tabungan cukup, hehehe.... Jadi ga rutin lagi nuLis... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Jangan lupa, cerpen sangat berbeda dari cerpan (cerita panjang), novela, maupun novel atau sejenisnya, cerpen sangat membutuhkan gaya bertutur memikat dalam penyampaiannya, ini harus banget....
Sementara novel ketat dalam plot, setting, pentokohan dan seterusnya lebih ketat, sementara cerpen hanya berfokus pada satu kejadian dan ceritanya pun ga perlu terlalu kompleks, singkat, tokoh2nya ga banyak.... Nah... cerpen2 modern umumnya memakai gaya berbeda, mereka memulai dari adegan tengah, saat ketegangan konflik dimulai... Cenderung "show don't tell", jadi deskripsi cerita sangat memegang peran...
Dalam novel lain lagi, memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Kira2 begitu deh.... 

Fila : Wow. Baru lagi nih. Aku catet ini di catatan harianku, Om. Lagi belajar nulis novel, tapi abis baca ini jadi kuatir sama novelku yang udah separuh jalan. Kalo Om Donald masuk kategori penulis yang mana Om? menurut Prisi yang rajin aku mintai pendapat soal cerpenku, katanya dia udah kenal ciri/gaya tulisanku. Berarti aku udah punya gaya sendiri ya, Om?

Om Donald : Ayo terusi saja dengan novelnya, memulai artinya sudah setengah jalan bukan? Aku sih penulis yang mulainya dari kerja di koran dulu di Bandung... Jadinya kLo ketemu ide saja baru mau, seringnya nulis artikel umum, biasa, bukan cerpen... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gifIya, Fila sudah memiliki gaya, tetapi selalu ingat dan jangan segan untuk membaca ulang semua yang pernah ditulis... Ingat selalu, cerita pendek sangat bergegang pada pakem gaya menulis yang cantik!Jadi kalau di OCK sering sekali kita lihat banyak komen, penulis ga perlu menanggapi, karena pembaca awam saat membaca sebuah cerpen, bagi mereka ENAK dibaca, itu sudah cukup bagi media, soal ada keganjilan dalam alur cerita dan lain-lain, pembaca mengabaikannya!Beda loh dengan novel ya...ingat, walau kita tanpa sadar mulai memiliki gaya bertutur, jangan pernah puas dengan gaya penulisan kita, selalu memiliki keinginan untuk berubah dan berkembang, harus loh... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.giftypo : teruskan, typo : berpegan. typo ENAK dibaca.

Fila :Siiiap. Bener, Om. Aku sering membaca ulang tulisan-tulisanku dari jaman SMP sampe sekarang dan buanyak banget perubahan yang aku tangkap. Kalo disuruh ngritik tulisan orang aku gak berani karena secara teori aku kurang tapi aku akan ngasih pandangan sebagai pembaca aja. Di OCK, aku pengamat komentar hehe. Wah, keren nih masukannya Om Donald. Trus kalo aku liat dari keluhan teman-teman pemula, apa yang mereka alami gak jauh berbeda denganku. Seperti paragraf yang mentok, gak bisa nyari judul, antiklimaks, dan sekarang aku percaya semua bisa selesai dengan menulis. Sebelum nulis, ceritanya udah kelar dikepalaku http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Aku minderan, Om. Dulu. Eh lama-lama mindernya ilang gak tau kemana. Gak ingin cepat puas
. http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Om Donald : Ini aku cerita sekelompok ibu-ibu penulis asal Bandung yang sekarang karya2 mereka laku dijual di media2 Jakarta dan kota2 lainnya yg memiliki koran/majalah, mereka menulis ttg apa saja, jadi bukan cuma cerpen... Penghasilannya lumayan bantu suami, bisampai 5-10 juta per bulan... Aku lihat dari pengasuhnya, para ibu2 itu mulai belajar dari ga ada bakat sampai bisa, ingat loh ini industri menulis (jadi spt Cendol, hehe...)
Si pengasuh, mengajarkannya sederhana saja ga pakai teori njlimet... Tahu kira2, Fila?
Langkahnya sederhana untuk membuat tulisan pendek (misalnya cerpen atau artikel) 1-4 halaman Word, sbb:
1. Membuat Outline - Garis besar cerita!
2. Tentukan siapa saja tokoh2nya, bila perlu buat hubungan tokoh satu dengan lainnya, jadi spt diagram perusahaan... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
3. Susun jalan cerita, melalui setting/lokasi dimana, urutkan jalan ceritanya, garis besar...
4. Siapkan kejutan bagi pembaca - harus!
5. Imajinasi.

Ini aku kutip dari cara-cara (metode) si pengasuhnya loh... Dan sekarang ibu2 itu malah senang nulis, soalnya jadi ada penghasilan tambahan... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Jadi kalau paragraf mentok dll tidak akan terjadi, bila memang sudah disusun sebelumnya sebuah Outline...
Nah, itu yang aku lihat dari pengalaman teman2 loh... Jadi intinya, Fila akan mengalami hal-hal bagus di depan, nanti... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gifKuncinya cuma satu, gaya bertutur! Hebatnya si pengasuh ini memang membuka jaringan ke semua koran, majalah dst, jadi yang mengirim itu si pengasuhnya...
Penulis cuma nulis saja ga mikir nanti bgmn, aduuuhhh.... kLo saja di Cendol begitu ya? Jadi yg mengurus masuk ke medianya ya dari Cendolnya, tinggal menunggu giliran... Terus tulisannya, bisa beragam, bisa ttg pendidikan, kesehatan, olahraga dan seterusnya....

Fila : Aku catet lagi masukannya... kalo setelah obrolan ini aku masih juga ngeluh soal ide mentok... berarti aku gak benar-benar serius menerima masukan pembelajaran dari Om Donald. Makin banyak saja typo kebiasaanku. Demi masa depan tulisan yang lebih orisinil dan nge-jleb di hatiku dan hati pembaca. Terimakasih banyak, Om. Ternyata Om Donald sangat-sangat rendah hati (Aku gak memuji. Ini jujur aja, Om). http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Tulisanku banyakan yang dark, Om. Sedang belajar psikologi. Otodidak. Pengen banget punya novel genre psikologi http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif 

Om Donald : Iya ide menulis benar2 dibuat secara serius menjadi ladang usaha, menulis juga berbagi bukan? Kalau aku lihat sekarang setiap cendolers harus usaha sendiri, saat pengen tampil di media... Walau ga salah juga, kan mengikuti jejak pendahulunya, tetapi bila ada jalan bersama yg bisa dilalui lebih mudah, kenapa tidak, bukan?
Karena aku melihat dari sisi bisnis, jadi seorang penulis bisa saja menggunakan nama pena saja, kecuali dia ingin terkenal, boleh saja melalui jalur sendiri, tanpa perlu keluar dari sistem. Kira2 begitu... Cuma siapa ya yang mau memulainya? http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Sebenarnya bukan mentok, tetapi karena jam terbang saja yg belum panjang, sehingga sering penulis kehilangan ide lagi (ini banyak faktor)... Ini biasa kok, nanti pada waktunya tinggal memetiknya...
Soal tulisan berkarakter dark stories, tidak masalah, hanya bila serius mendalaminya, tentu perlu banyak baca hal-hal terkait dengan hal tersebut, misalnya buku psikologi, ga usah yang berat, cukup psikologi populer saja, karena dari sana kita mendapat banyak kasus hebat...
Bila kemudian karena perkembangannya perlu lebih jauh, barulah kita pergi menemui seorang psikolog sebenarnya, para psikolog suka membantu, pasti...
Ayo Fila, bisa!

Fila : Aku ingin serius di psikologi, masih ngumpulin ide plus pengetahuan tentang ini. Belum punya temen psikolog, Om http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Baca komentar Om Donald di atas, kata-kata kalo penulis gak bisa dijadiin pekerjaan jadi terpatahkan. Sejauh ini aku masih jadiin hobi. Entah nanti. Syukurnya lagi... di rumah gak ada larangan jadi penulis. Bebas lepas. http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Aku bisa, Om. Ini percaya diri yang coba aku bangun. http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Maksudnya memulai hal serupa di kelas Cendol ya, Om? Kenapa Om Donald gak coba ngasih saran ke Om DAN atau Pak Mayoko? Kan deket... hehe

Om Donald : Iya jadi sambil perlahan tumbuh berkembang menjadi penulis, pelan2 jugamulai lirik kiri dan kanan, siapa tahu suatu hari ketemu teman2 anak psikologi.... Kita tidak tahu hari esok, selama kita berniat ke sana, ga tahunya tahu2 jalan terbuka sendiri.
Memang untuk di Indonesia menjadi penulis masih amat riskan, kecuali penulis2 yg dekat dengan media atau memang punya teman di dunia sana, jadi karya2 mereka cepat tampil... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
Ini kenyataan.. Tapi waktu aku lihat ibu2 di Bandung itu, barulah tahu bila mereka itu nulis bukan cuma cerpen, jadi artikel apa saja dan laku dijual, karena memang si pengasuh punya koneksi/network/kenalan dg dunia penerbitan, media dan lain2... Ibu2 itu tinggal nulis, terus terbit dimana, selanjutnya tergantung si pengasuhnya kirim kemana, karena sudah dipesan seblum trulisan jadi... Hebat ya?!
Untuk Cendol? Hehehe... mereka sudah punya program sendiri, jadi aku ga mau ganggu....
Intinya ya memang menjadi penulis, tetapi ketika terjun ke dunia nyata tetap harus berjuang sendiri, ya.. Masing2 ada kelebihan dan kekurangannya sendiri... Ga apa2lah... Ambil sisi baiknya saja... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif 

Fila : Banget, Om. Si Pengasuh sukses membuka jalan hidup bagi orang banyak. Benar, Om. Selalu ada sisi baiknya kata ibuku. Sambil jalan sambil mengamati, sambil belajar. Keren... dan aku akan sering gangguin Om Donald dengan inbox-ku 

Om Donald : Iya Fila, siippp.... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif
#ini lagi siap2 mau nonton bola, hehe....
Fila :Aku juga suka bola, Om. cuman sayang dikosan gak punya tipiiiiii http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif 

Om Donald : Hehehe.... jadi teringat lagu siapa tuh, P Project ya... Nasib Anak Kos..... http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif 
Gpp, tetap semangat...

Fila : Aku belum denger lagunya. Donlot ah http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif  

Om Donald : Hehehe..... 

Fila : P Project yang jaman dulu ya, Om? Masih suka bingung dengan penyebutannya
Om Donald : http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gifIya, itu sudah lama banget.... Susah nyarinya..... Ya sudah cari lagu lain saja, bisa browsing di internet... Oh lupa, kLo mau nonton bola di internet sebenarnya bisa loh, coba cari situs2 web yg menyiarkannya, ada kok... 

Bersambung.... ^^

Bicaralah melalui pena, jika dengan mulut kau masih sungkan.
http://static.ak.fbcdn.net/images/blank.gif


Jumat, 15 Juni 2012

Ketika Saya Merindukan Rumah...

Sumber gambar : Google
Belakangan ini grafik melankolis saya sedang meningkat tajam, dan itu meminta harga yang setimpal pula. Saya kerap menangis diam-diam di kamar kost-an. Lucunya, saya kadang tidak terlalu mengenal muasal mengapa saya menangis. Saya tiba-tiba sedih, kantong air mata saya berunjuk rasa lalu... Yah. Begitu saja. Tapi mana ada akibat tanpa sebab? Ya, kan? Di mana-mana, ada asap pasti ada api, ada hujan pasti ada siklus *eh*

Oke, jadi saya mengambil pemisalan pada hujan. Penjelasan sederhana, turunnya hujan akibat adanya pengumpulan titik-titik air di atmosfer dalam wujud awan yang bergerak sesuai arah angin kemudian jatuh ke Bumi karena gaya gravitasi. Dari mana titik-titik air tersebut? Sungai, waduk, got, laut, kolam dan sejenisnya, penguapan yang terjadi pada tempat-tempat itulah yang menjadi sumbernya. Akumulasi. Yap, hujan terjadi akibat adanya pengumpulan/akumulasi titik-titik air. Lalu hubungannya dengan paragraf pertama postingan ini, apa dong?

Akumulasi. Sejak awal saya menyadari bahwa sebenarnya hidup saya berjalan di atas akumulasi hal-hal yang belum selesai, hingga sewaktu-waktu ketika saya mencapai titik rawan paling lemah hidup saya, hal-hal yang belum selesai tersebut seperti berbondong-bondong menyerang saya. Puncaknya saya kembali menjadi penyendiri, menepi sejenak dari rutinitas, menjauh dari kawan-kawan baik saya, merenung di kamar, saya lakukan apapun yang bisa menyamankan zona kritis saya. Seperti siklus hujan, berulang-ulang sesuai arah angin hati. 

Di situlah momen ketika saya merindukan rumah...

Kemudian saya mengirim sms ke nomer hape ibu saya. Firasat seorang ibu belum ada duanya di dunia ini. Beberapa detik setelah pesan berita terkirim masuk, panggilan telepon dari ibu datang. Sampai di tahap ini, air mata saya meledak keluar sebelum sapaan salam ibu saya jawab. Ibu saya panikan sekali, hal pertama yang akan beliau tanyakan adalah apakah saya sakit? Beda halnya dengan Bapak, kalimat pertama yang akan beliau tanyakan adalah, uang kamu sudah habis, nak? Ah, bapakku sayang... Demi apapun betapa saya sangat mencintai mereka. Saya bilang, kangen.

"Osie dena mokoau... nganam miano ki sicola. Kua nta taha`o mokoau`u. Sicola momoico keari ka ari. Nyaba?"

Pesan itu selalu ibu sampaikan setiap kali saya mengaku merindukan rumah. Kata beliau, seperti itulah perjalanan seorang penuntut ilmu. Harus siap berkorban demi masa depan yang lebih baik, salah satunya dengan kuliah. Saya tipikal anak rumahan. Mulai bangku Sekolah Dasar hingga SMA, saya tidak pernah bepergian jauh dan lama seperti saat ini. Pusat gravitasi saya adalah rumah. Maka terasa berbeda tatkala empat tahun silam saya meninggalkan rumah menuju ibukota Provinsi untuk melanjutkan studi. Sendirian.

Ibu saya sangat sederhana. Katanya, kalau saya dengan galau *cieh* saya disuruh baca Qur`an, shalat, intinya lebih mendekatkan diri sama Allah. Dari jaman saya baru masuk kuliah hingga di tingkat akhir ini, pesan ini tidak pernah berubah. 

Saya menyadari, saya juga butuh kondisi ini. Kondisi melankolik yang membuat saya lebih kuat lagi dan lagi. Jika saya tidak pernah jatuh, maka saya tidak akan bisa menikmati manisnya nikmat perjuangan menuju ketenangan dan kehidupan penuh semangat. Saya tidak malu dikatai cengeng, lagipula saya tidak mengumbar tangis di depan orang banyak. Sebagai manusia, saya pikir kita tetap perlu menyediakan ruang untuk hati kita sendiri. Benar-benar berdua, hati dan Allah...

Ketika saya merindukan rumah.... Ibu  menyuruh saya berlari lebih dekat kepada Allah.

Bukankah pelangi baru bisa muncul bila matahari dan hujan bertemu? Bahagia itu sederhana... Dan sebenarnya, saya sedang bercerita tentang ketakabadian juga kehilangan ^^


Sumber gambar : Google