Minggu, 12 Januari 2014

Belajar Mencintai

"Selalu ada jalan untuk kembali, selama hati belum mati. Selama masih ada kemauan mengubah arah, membawa diri pulang ke tempat yang semestinya ia berada. Kepada Tuhan..."

Saya masih ingat semua doa-doa yang selalu saya minta pada Allah di sepanjang tahun 2013 kemarin. Tidak bisa saya lupakan betapa sulitnya hari-hari dan hati saya saat itu. Saya menyadari langkah-langkah saya semakin jauh dari Allah, sebab itulah saya ketakutan jika di suatu waktu yang gelap tanpa saya sadari Allah benar-benar mematikan hati saya. Saya takut. 

Bukannya saya tidak punya tempat/seseorang untuk saya tumpahkan semua kesulitan-kesulitan yang saya alami. Sedari kecil saya terbiasa memendam, berbicara pada diri sendiri, berusaha menyembuhkan diri. Bagi teman-teman yang memerhatikan, 2013 kemarin saya kelihatan menarik diri dari organisasi, kampus dan juga teman-teman saya. Tidak heran ketika saya nongol di kampus, pertanyaan seperti ke mana saja saya selama ini, kenapa baru muncul, apakah saya pulang kampung, apakah saya (sudah) menikah dan lain-lain terlontar dari senior, junior dan dosen-dosen saya di kampus. Kenyataannya, saya tak ke mana-mana. Lebih banyak menghabiskan waktu di kamar kosan bersama perenungan demi perenungan yang saya lakukan.

Kontemplasi. Muhassabah. Hanya itu yang saya butuhkan saat itu.

...
Ya Allah, tolong saya...

Bagaimana rasanya ketika kamu menyadari kesalahan-kesalahanmu dan kamu tidak tahu harus memulai di titik mana untuk menebusnya saking menggunungnya kesalahan itu? Demikianlah saya.
Saya kalah. Saya semaput. Saya menyerah. Saya banyak menangis. Saya sesak oleh ketidakmampuan melindungi diri dari keburukan.

Saya cemburu melihat bagaimana orang-orang itu begitu mesra dengan Tuhan.... Saya ingin.

Ada masa saya membenci kata-kata motivasi. Rasanya saya sudah kembung dijejali itu semua. Untuk apa kamu kumpulkan buku-buku dari motivator ternama, kata-kata yang kamu pungut di sembarang tempat di novel, cerpen, koran, televisi, film-film dan lagu jika pada akhirnya tak seinci pun kamu beranjak dari titik kejatuhanmu?

Aha. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak mengubah diri mereka sendiri, seperti itu bukan? Sayang sekali saya belum memakan dengan benar saripati ayat tersebut. Saya tidak benar-benar meresapinya hingga suatu ketika di bulan yang masih basah oleh hujan dan matahari, saya menangis hingga mata saya bengkak keesokan harinya.

Jawabannya sederhana saja. Ubah dirimu sendiri dengan kemauan, disiplin dan doa.

Sungguh, saya berkali-kali bergumam dalam hati bahwa mengubah kebiasaan buruk yang dilakoni bertahun-tahun tidaklah semudah membuang ludah. Itu sama halnya membunuh separuh dirimu yang lain agar separuh yang lainnya tetap eksis.

Saya belum sepenuhnya 'sembuh' tetapi setidaknya saya telah memulai, mencintai yang menciptakan saya sepenuh hati Insya Allah. Semoga ini adalah jawaban dari doa-doa yang selalu saya minta pada Allah. Aamiin ;)

Tolong saya dimaafkan bila ada kelakuan dan ucapan saya yang menyakiti hati teman-teman. Maafkan saya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^