"Selalu ada jalan untuk kembali, selama hati belum mati. Selama
masih ada kemauan mengubah arah, membawa diri pulang ke tempat yang
semestinya ia berada. Kepada Tuhan..."
Saya masih
ingat semua doa-doa yang selalu saya minta pada Allah di sepanjang tahun
2013 kemarin. Tidak bisa saya lupakan betapa sulitnya hari-hari dan
hati saya saat itu. Saya menyadari langkah-langkah saya semakin jauh
dari Allah, sebab itulah saya ketakutan jika di suatu waktu yang gelap
tanpa saya sadari Allah benar-benar mematikan hati saya. Saya takut.
Bukannya
saya tidak punya tempat/seseorang untuk saya tumpahkan semua
kesulitan-kesulitan yang saya alami. Sedari kecil saya terbiasa
memendam, berbicara pada diri sendiri, berusaha menyembuhkan diri. Bagi
teman-teman yang memerhatikan, 2013 kemarin saya kelihatan menarik diri
dari organisasi, kampus dan juga teman-teman saya. Tidak heran ketika
saya nongol di kampus, pertanyaan seperti ke mana saja saya selama ini,
kenapa baru muncul, apakah saya pulang kampung, apakah saya (sudah)
menikah dan lain-lain terlontar dari senior, junior dan dosen-dosen saya
di kampus. Kenyataannya, saya tak ke mana-mana. Lebih banyak
menghabiskan waktu di kamar kosan bersama perenungan demi perenungan
yang saya lakukan.
Kontemplasi. Muhassabah. Hanya itu yang saya butuhkan saat itu.
...
Ya Allah, tolong saya...
Bagaimana
rasanya ketika kamu menyadari kesalahan-kesalahanmu dan kamu tidak tahu
harus memulai di titik mana untuk menebusnya saking menggunungnya
kesalahan itu? Demikianlah saya.
Saya kalah. Saya semaput. Saya menyerah. Saya banyak menangis. Saya sesak oleh ketidakmampuan melindungi diri dari keburukan.
Saya cemburu melihat bagaimana orang-orang itu begitu mesra dengan Tuhan.... Saya ingin.
Ada
masa saya membenci kata-kata motivasi. Rasanya saya sudah kembung
dijejali itu semua. Untuk apa kamu kumpulkan buku-buku dari motivator
ternama, kata-kata yang kamu pungut di sembarang tempat di novel,
cerpen, koran, televisi, film-film dan lagu jika pada akhirnya tak
seinci pun kamu beranjak dari titik kejatuhanmu?
Aha.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika mereka tidak mengubah
diri mereka sendiri, seperti itu bukan? Sayang sekali saya belum memakan
dengan benar saripati ayat tersebut. Saya tidak benar-benar meresapinya
hingga suatu ketika di bulan yang masih basah oleh hujan dan matahari,
saya menangis hingga mata saya bengkak keesokan harinya.
Jawabannya sederhana saja. Ubah dirimu sendiri dengan kemauan, disiplin dan doa.
Sungguh,
saya berkali-kali bergumam dalam hati bahwa mengubah kebiasaan buruk
yang dilakoni bertahun-tahun tidaklah semudah membuang ludah. Itu sama
halnya membunuh separuh dirimu yang lain agar separuh yang lainnya tetap
eksis.
Saya belum sepenuhnya 'sembuh' tetapi setidaknya
saya telah memulai, mencintai yang menciptakan saya sepenuh hati Insya
Allah. Semoga ini adalah jawaban dari doa-doa yang selalu saya minta
pada Allah. Aamiin ;)
Tolong saya dimaafkan bila ada kelakuan dan ucapan saya yang menyakiti hati teman-teman. Maafkan saya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^