Minggu, 12 Juli 2015

Untitled


“... Everybody screaming, I try to make a sound but no one hears me...”
-Simple Plan/Untitled
Pernah gak kamu ngerasain kayak gini? Kamu seperti ditenggelamkan kebisingan sekitar sementara nun jauh di dalam hatimu, kesepian justru semakin menggenapkan kehadirannya di sana.
Dulu. Dulu sekali, saya selalu berpikir di dunia yang hanya selebar daun kelor ini, hanya saya yang mengalaminya—masa-masa paling sunyi dan muram yang pernah saya lalui—ada saat saya tertawa  tapi di dalam hati saya menangis diam-diam, atau ketika saya bertemu teman-teman lalu terlibat interaksi dan jujur saja pertemuan demi pertemuan tersebut tidak terserap manis di benak dan hati saya. Ya—saya merasa selalu kosong. Selalu ada satu titik penemuan yang entah apa, meneguhkan keyakinan saya agar terus mencari apa itu.
Maka menjelmalah saya sebagai si pembaca. Saya membaca apa saja yang tertangkap dan terekam mata dan pendengaran. Buku-buku, lagu-lagu, televisi, percakapan di jalan, di angkot, di pasar, di rumah sakit, di bank, di kampus, di halte bus—di mana pun saya menjejakkan kaki.
Membaca manusia. Itulah yang coba saya lakukan. Menyelami dan mengkaji tingkah polah manusia dari berbagai macam sudut pandang. Sesuatu terjadi pasti ada alasannya. Si Fulan berbuat ini, pasti ada motif yang memicunya melakukan itu.
Saya lantas tidak bermaksud sok tahu dengan segala-galanya.
Bagi saya, dengan melakukan ini saya menganggap diri saya sedang melakukan perjalanan spiritualnya dengan cara paling sederhana. Mengenal manusia—makhluk ciptaan Allah yang dengan segera akan mempertemukan saya Sang Maha Pemilik. Dengan mengenal manusia, itu sama halnya dengan mengenal titik terdalam diri saya sendiri. Karena dengan ini, saya akhirnya menyadari betapa banyak kesalahan dan kekhilafan yang telah saya perbuat.
Setiap orang ingin menjadi lebih baik dari menit ke menit, dari hari ke hari. Saya pun demikian adanya. Walaupun untuk menuju ke sana, kita dituntut untuk rela kehilangan banyak hal. Contoh dekatnya, kita harus merelakan kebiasaan-kebiasaan jelek yang tanpa kita sadari telah mendarah-daging dalam diri. Bukan sesuatu yang mudah mengubah persepsi negatif ke persepsi positif. Gak segampang bagaimana Om Mario Teguh menjejali telinga kita dengan kalimat-kalimat morivasinya yang zzzuuuppeer itu. Dan kita pun menyambutnya sendu sambil manggut-manggut mengaminkan. Lalu tibalah saatnya kita kembali ke dunia nyata—terjun langsung ke medan pertempuran—di mana satu-satunya lawan yang harus dihadapi adalah tak lain diri kita sendiri.
Okelah, kita memang butuh angsuran motivasi dari orang lain. Akan tetapi akhirnya pada kitalah kembalinya satu keputusan penting apakah kita mau berubah atau tidak.
Berapa banyak dari kita yang masih gagal bangun pagi, melewatkan shalat subuh, menulikan telinga dari panggilan menghadap Tuhan? Sembari pada waktu lain kita muncrat berkata-kata soal kedisiplan bla bla bla... Berapa banyak dari kita yang masih merasa memegang kebenaran atas sesuatu—gontok-gontokkan pake paragraf-paragraf makian di medsos—dan entah lupa atau memang dasarnya egois dan emoh menerima kekalahan, terus saja menggelontorkan argumentasi basi yang terdengar lucu di telinga anak TK. Belakangan ini kita menjadi saksi hidup bagaimana orang-orang—bahkan mungkin termasuk diri kita—yang mengaku orang dewasa terjebak dalam lingkaran setan yang dipenuhi kebencian.
Kamu tidak setuju dengan saya berarti kamu musuh saya dan saya berhak menghakimi kamu seenak udel dan seperlunya saya.”
Yap. Seolah ada aturan tak tertulis bahwa kalau saya tidak memilih kanan maka saya adalah pihak kiri. Saya gagal memahami atraksi teman-teman saya di medsos akhir-akhir ini. Apa yang sebenarnya kita bela? Benarkah kita membela apa yang kita labeli kebenaran dan kebaikan? Ataukah yang kita bela justru keegoisan kita sendiri?
Mengubah kebiasaan buruk seumpama membunuh satu sisi dirimu yang selama ini kamu sayangi sepenuh hati, yang kamu akrabi dan peluk sepanjang waktu. Kenapa ya, dosa terasa nikmat dan kebaikan terlalu sulit ditempuh?
Membaca manusia kian membuat saya terpekur. Saya tidak tahu harus memulai dari mana agar bisa menebus apa yang pernah saya kerjakan. Saya mengalami langsung betapa sulitnya menangangi kekeraskepala-an diri saya sendiri, mencoba memahami jalan pikiran orang lain—nggak usah jauh-jauh ngambil sampel, memahami saudara kandung saya sendiri sulitnya minta ampun. Lebih banyak makan ati-nya ketimbang senengnya. Belum lagi orang lain di luar rumah saya?
Sampai di sini, saya masih belum bisa mengaplikasikan apa yang pernah dikatakan ibu salah satu teman saya bahwa satu-satunya tips agar bisa hidup tenang dan bahagia adalah dengan ikhlas. Mengikhlaskan semua kejadian yang menimpa kita.
Akhir-akhir ini juga, saya banyak menitikkan air mata tanpa sadar. Saya malu sama Allah. Tak terhitung berapa banyak kali saya mengkhianati dan menjauhkan diri dari Allah namun hingga detik ini Allah masih belum membuka aib saya kepada orang lain, sedangkan saya begitu rapi membentangkan kesalahan demi kesalahan yang pernah orang lain perbuat terhadap saya, sulit sekali meluruskan dan meluluskan kata maaf.
Saya masih berusaha menemukan apa yang saya cari dengan cara membaca manusia atau apalah namanya. Sungguh, saya cemburu melihat bagaimana orang lain begitu khidmat mencintai Tuhan-nya. Saya ingin sekali seperti mereka. Mungkin dosa-dosa saya terlampau menggunung sehingga menghalangi pandangan saya sehingga yang perlu saya lakukan adalah mengikis gunung itu sedikit demi sedikit, hati-hati, sabar dan tabah....
Semoga jalan pulang untuk saya belum tertutup....
Teruntuk kalian yang pernah tersakiti oleh saya secara sadar dan tidak sadar, izinkan saya meminta maaf, tolong berikan saya maaf yang ikhlas serta doakan saya semoga saya istiqamah dalam pencarian saya ini... 
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dan alhamdulillah, dalam situasi dan kondisi apapun, saya selalu mengusahakan menempuh bahagia akhir-akhir ini. Sepi yang saya rasa bukan lagi kekosongan yang menyakitkan lagi sendu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^