Semilir angin di hari ke tujuh belas di bulan hujan.
Perempuan di beranda lembayung, tahukah kau isyarat lukaku? Mengering dan berdarah diatas cipratan elegi yang tak berkesudahan. Lagi dan lagi. Berkali-kali semenjak berpuluh tahun silam aku melambai padamu. Tetapi, kau hanya mendesah (menerawang) dan berkata, "ah, hanya angin.. Bukan apa-apa."
Ya Tuhan, bagaimana bisa kau begitu lugu mengacuhkanku padahal aku nyata di matamu? Wahai perempuan, sadarlah, kau sudah nakal bermain-main di atas singgasana hatiku, menarikan lirik-lirik biru di atas dadaku... Mencaplok rasaku dengan sewenang-wenang...
Wahai perempuan...
=oOo=
Semilir angin di hari ketujuh belas di bulan hujan..
Perempuan di beranda malam, sekarang kau boleh menertawakanku sampai habis air matamu..
Aku yang bodoh (rupanya).
Sejatinya, aku memang hanya akan hadir dalam hidupmu diluar kenanganmu. Sebab aku hanya sebatang pohon randu tua di seberang jalan setapak menuju rumahmu. Kau tak pernah mengenalku sebab aku hanya sebatang pohon randu tua, yang batang-batangnya telah rapuh, dedaunannya kurus.. Tak jarang ku jumpai tatapan ngerimu jika melewatiku, takut batangku yang lain menjatuhimu. Kau tak mengenalku karena aku yang mengenaskan. Kenangan tentangmu kukuh padaku. Kau yang mengajariku mencintai rupa hati yang sewarna pelangi ini.
Wahai perempuan di beranda malam, mungkin akan ada badai malam ini ; selamat tinggal..
wuieee dah mulai rame nih postingan... :)
BalasHapusmantabbbbbbbb....
salam pena peronga ^^
salam balik
BalasHapussalam jamu mete
salam rakit pisang
:D