Minggu, 12 Desember 2010

Tentang Kotamu

Di kedai kopi petang itu..

Malam mengintai licik dalam nafas-nafas liar
Beringas dan kejam..

Di antara lelampu kotamu ramai
Ada heningmu disana

Koran-koran yang baru keluar dari oven
Menceritakan betapa bangganya kotamu
Surat kabar, televisi, radio-radio...

Ah...
Wangi benar segala fatamorgana busuk itu
Mengawang hingga jauh kepelosok
Berumbai-rumbai melilitkan mimpi-mimpi masyuk ke wajah para
Belia kampung

Menghirupkan aroma basi kebobrokan yang tersamarkan
Dalam limpahan kegemilangan masa biru

Di selingan hari yang biasa
Aku menekuk inginku kembali

Membiarkan segala kemarahan surut dalam kebimbangan

Adakah malaikat sunyi merubungi yang mati?
Membantuku yang terbakar ketakberdayaan.
Parauku tak berbalas...

Makin riuh saja kotamu..

Padahal masih basah liatmu
Belum pupus segala hujanku

Dalam genggamanku
Koran lecek kedukaanku

Seorang wanita pemulung mati diperkosa
Mayatnya dibuang kegenangan busuk...

Di kedai kopi petang itu..
Aku menangisi keangkuhan kotamu

Apakah karena kau celemongan
Hingga biasa saja dukamu?

Aku menggeleng, tak tahu
Lelampu kotamu penghianat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^