Jumat, 30 November 2012

[Postingan ke-200] Hepi Milad, Nafilah Nurdin!



Selamat menjadi dua puluh tiga!

30 November, 23 tahun silam saya dilahirkan ibu saya dengan selamat. Kakek saya memberi nama Nafilah. Sudah menjadi semacam kebiasaan di keluarga besar Adam Nurdin—kakek saya, seluruh anak-cucunya diberi nama oleh beliau sendiri kecuali adik saya yang bungsu. Sebab itulah namanya sedikit lebih panjang dari kakak-kakaknya. Uniknya, baik Bapak dan semua saudara (paman, bibi, adik, sepupu dari pihak Bapak saya) memiliki nama satu suku kata saja. Nafilah, Muslimah, Syajaruddin. Ini juga yang kadang membikin teman-teman sekolah saya dulu kesulitan mengeja nama panggilan untuk saya dan kedua adikku. Nanti ketika saya masuk kuliah barulah nama panggilan `Fila` saya sandang. Di rumah? Tetaaaap, N A F I L A H. Jangan salah, arti lain nama Nafilah adalah ibadah tambahan dan terjemahan versi bebasnya, anugerah. Entah apa maksud Alm. Kakek saya memberi tersebut, yang saya yakini insya Allah niatnya baik.  :D

Dari cerita yang saya dengar, kelahiran saya disambut penuh sukacita. Sebab kenapa? Karena saya merupakan cucu pertama bagi keluarga Adam Nurdin dan anak pertama bagi kedua orangtua saya. Dalam ingatan saya, masa kecil yang saya lalui abu-abu. Kalau saya mau mengatakan bahagia, saya bahagia. Kalau saya mau mengatakan saya tidak bahagia, saya tidak bahagia. Jadi tergantung sudut pandang apa yang saya pakai ketika menjawab bahagiakah saya dengan masa kecil saya?

Tiga atau empat tahun lalu, barangkali saya akan keukeuh ngomong saya benci masa lalu yang pernah saya alami. Saya berharap tidak pernah mengalami hal-hal buruk di belakang. Insiden-insiden yang membuat saya benci mendengar keributan, benci melihat orang lain begitu betah menggunakan telunjuknya untuk memerintah yang lain, membuat saya sebal jika mendengar seseorang berteriak, benci dengan segala tetek-bengek yang membentuk saya menjadi pribadi yang `sulit didekati` siapapun. Bakat tertutup yang saya punyai berkat pengalaman masa kecil saya. Hebat, bukan?

Itu tiga atau empat tahun lalu...

Sekarang, saya tak henti-hentinya bersyukur telah melewati semua itu... Ternyata saya adalah orang yang penuh dengan pengalaman dan pelajaran. Saya tidak akan pernah bisa menjadi pendengar yang baik bagi sahabat-sahabat saya bila tidak mengalami sendiri betapa tak enaknya menjadi seseorang yang diacuhkan, yang suaranya tak pernah didengar, saya mungkin tidak akan mengecap mimpi sebagai Penulis jika bukan karena desakan masa lalu, saya yang pendiam, tidak suka berteman, tertutup (lebih seneng ngobrol sama buku atau dinding papan kamar saya), semua itu... jika bukan karena pengalaman buruk dulu, saya tidak akan pernah bisa menjadi saya yang sekarang...

Masa remaja saya juga cenderung biasa saja. Satu-satunya yang membuatnya berbeda adalah kehadiran sahabat saya yang saya cintai, saya memanggilnya Matt. Kami sudah hampir sepuluh tahun menggenapi sebagai sahabat. Masa remaja saja bersama Matt jauh berbeda dari teman-teman saya. Di saat teman-teman saya sibuk membicarakan urusan pacaran dan romantika masa pubertas, saya dan Matt juga sedang disibukkan dengan topik bahasan tentang Bola, kartun Naruto, Detective Conan, Buku bacaan yang keren, filosofi hidup yang keren, Quote-quote indah yang kami comot dari novel apa, tukaran majalah yang memuat cerpen-cerpen nyastra atau sekadar membahas cowok-cowok yang demikian gigih mendekati sahabat saya itu. “Nggak capek apa, ngejar-ngejar orang yang nggak mau dikejar?” 

Soal cinta-cintaan monyet, saya juga pernah kok tapi bukan untuk diekspos. Biarlah itu menjadi pembelajaran buat saya.

Juga ketika memutuskan mengenakkan Hijab, kami melakukannya bersama-sama. 

Selebihnya, masa remaja saja agak suram. Tekanan demi tekanan melahirkan saya dalam wujud pemberontak, menakutkan. Sedikit saja gesekan menghampiri saya... Dor! Meledak! Saya yang labil. Saya dicap galak. Hehe...

Tiga atau empat tahun lalu, saya masih terhitung labil. Teman-teman kuliah masih merasa sulit mendekati saya. Saya ingat, saya pernah membanting kursi di ruang kuliah gara-gara teman saya yang emang udah dari sononya cerewet, nyerocos tiada henti sementara saya sudah memberi peringatan kalau emosi saya sedang buruk. Saya pernah memukul meja kantin dengan perkara yang hampir mirip. Saya benar-benar tidak menyukai keributan. Dada saya terasa sesak.

Tiga atau empat tahun lalu, saya kesulitan memanejemen emosi saya... masih tetap menakutkan bagi teman-teman di sekitar saya.

Dan bersama seluruh yang pernah dan telah saya alami, saya bahagia. Saya bersyukur karena tiga atau empat tahun silam, saya bertemu Tarbiyah yang mengubah saya menjadi lebih baik, lebih baik lagi hari demi hari. Insya Allah...

Hari ini, 30 November 2012... saya genap berusia dua puluh tiga tahun. Adik saya yang nomer satu iseng menggoda saya. “Nafilah udah 23 tahun, berarti bentar lagi nikah dong!” cetusnya.

Duk!

Wisuda aja belon udah nginget nikah aja! (tapi diaminin juga dalem ati haha) ^^

Saya ingin sedikit me-review hidup saya setaon lalu hingga hari ini. Buanyaak. Sangat banyak hal-hal baik yang saya alami. Tak sedikit pencapaian yang saya jejaki. Sejumlah mimpi masa kanak-kanak yang terwujud. Subhanallah...

Saya dipertemukan dengan orang-orang keren dan bersahabat. Ada sepupu tersayang saya, prisi. Saya selalu kangen dengan curhatan gaje kita dulu (sekarang udah nggak sesering dulu curhat gara-gara kesibukan). Ada Teh Wiwit+Teh Eti yang kompak sekali. Neng Rani, my bestfriend yang jauh di mata dekat di hati. Ka Andra Eka Putra yang membantu saya berkenalan dengan dunia lain di luar ranah pikiran saya. Ka Iman yang pernah membagi harapannya dengan saya, Ka Abrag yang menjadi kakak laki-laki saya. Chogah, kawan seperjalanan yang susah payah saya dekati dan sekarang malah dekat sebagai sahabat (Replika maskulin saya), Mbak Kasma, seorang sahabat, kakak, teman sharing, aahhh... pokoknya Mbak Kasma melengkapi hidup saya yang bolong sana-sini. Ada Mbak Putu, saya sangat-sangat bahagia ketika pelan-pelan kami menjadi dekat lalu menjadi kawan cerita.

Saya pernah bermimpi cerpen saya lolos media Nasional. Allah mewujudkannya.

Saya pernah bermimpi mengenal seseorang yang keras kepalanya melebihi saya, Allah mengabulkannya walaupun setelahnya saya harus berjuang mendamaikan sesuatu yang terlanjur membadai.

Saya pernah berangan-angan menginjakkan kaki di Bandung, Allah memberikan saya sebuah kenyataan yang jauh lebih indah dari yang pernah saya cita-citakan... bertemu saudara-saudara saya yang sangat luar biasa, saya bahkan bablas hingga ke Solo hehe...

Saya pernah membayangkan suatu saat saya mengajar anak-anak mengaji, Allah mendengarnya... Ngajar anak-anak bisa sekaligus melatih diri menjadi Ibu kelak (Ehm!).

Saya pernah berdoa, “Ya Allah bantulah saya menjadi seseorang yang lebih lembut hatinya, seseorang yang lebih pandai mengatur emosinya, seseorang yang cengeng ini ingin berubah lebih baik hari ini, hari esok dan hari depan... Tolong saya Ya Allah...”

Saya sangat percaya, Allah sedang menolong saya menuju perwujudan doa-doa saya. Tidak mudah memang, bukan berari tidak bisa kan? Segala sesuatunya butuh proses dan proses itulah yang nantinya akan kita kenang sebagai jembatan perjuangan. Muaranya kemudian adalah ungkapan syukur yang tak putus-putus.

Hari ini, Jumuah mubarak... usia saya bertambah, jatah hidup saya berkurang. Saya sedang menjalani proses pendewasaan. Doa dan harapan saya sederhana saja.

Saya ingin melihat wajah sumringah Ibu dan Bapak ketika saya diwisuda kelak, mendengar celotehan adik-adik saya bahwa mereka bangga menjadi adik dari seorang Nafilah Nurdin, membuat orang-orang bahagia dengan keberadaan saya di dekat mereka. Saya ingin membuat kenangan yang baik hari demi hari. Doakan saya ya! ^^

Special thanks for Matt dan Vina, dua sahabat yang jarang saya sapa tapi lekat di hati  :D
Dan semua orang yang terus mendukung dan menghebatkan saya hingga detik ini. Lop yu pull! ^^
Hepi milad! Barakallahu fii umrik. Masa lalu adalah pembelajaran dan masa depan adalah perjuangan! So, don’t give up. Keep Holding On. Prayer. Take Care n’ cmaaaaiiiil kakaaaak :D

Tiga atau empat tahun di belakang adalah masa lalu... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^