Saya baru menyadari betapa
kesepiannya seorang Nafilah Nurdin….
Saya
tidak sedang mengarahkan tiga jari saya ke diri sendiri, menyalahkan kenapa
begini-begitu. Kenyataannya, saya yang memilih menjadi penyendiri, menutup
akses orang lain untuk lebih dekat dan lebih memahami bagaimana seutuhnya saya.
Membiarkan siapapun hanya bisa menerka dan meraba-raba seperti apa sebenarnya
kepribadian orang yang sudah mereka anggap sebagai teman ini.
Saya sengaja mengunci diri.
Bukan
tanpa alasan. Barangkali karena saya terlalu sensitif dan perasa sehingga sulit
mempercayai orang lain. Ada perasaan tidak nyaman bila saya menyadari bahwa
saya keceplosan membuka satu cerita
tentang saya. Mungkin juga karena saya tidak percaya diri bahwa ada kok orang
yang akan rela meminjamkan waktu dan telinganya untuk seluruh cerita-cerita
saya yang kadang absurd, terlalu
melankolis, lebay dll. Ada orang yang akan mendengar tanpa menyela atau
memotong cerita saya dengan nasihat-nasihatnya. Ada masanya ketika seseorang
hanya ingin didengarkan.
Kepala
saya sudah sarat dengan banyak hal hingga membuat saya sulit memulai
mengurainya satu persatu. Dan percayalah, saya sudah sangat tahu side effect urusan-urusan yang belum
selesai di dalam kepala saya ini, saya tahu nilai kebenaran dan kesalahannya
setelah melalui proses berpikir bertahun-tahun. Sekali lagi, saya ingin mengeluarkannya bukan meminta
solusi. Ya itu tadi, saya belum menemukan seseorang yang hanya dengan
menatap matanya, saya sudah tahu dia memang datang untuk saya. Yang dengan dia
saya bisa bebas menangis, marah atau mengutuk.
Saya
pernah merasa sudah menemukannya. Sekali. Di teman perjalanan yang baik. Semata
baik. Karena satu kesalahan kecil, saya dan dia terpaksa memutus komunikasi.
Semoga itu bukan salah satu keputusan terbodoh yang pernah saya ambil selama
hidup.
Setahun
belakangan ini saya benar-benar banyak menghabiskan waktu sendiri, menjauh dari
keramaian. Sering melakukan kontemplasi, jatuh-bangun, menangis dan tertawa
untuk lelucon yang entah. Sendirian. Karena hanya dengan begitu saya bisa
menemui diri saya yang asli. Saya yang tidak banyak bicara, dan lebih suka
mengamati. Terkadang saya merasa sedikit luka pada kenyataan saya tidak punya
sesiapa untuk saya ajak bicara saat saya begitu ingin berbicara. Tidak ada
nomor telepon yang bisa saya hubungi, karena memang pada dasarnya saya tidak
terlalu dekat secara emosional dengan orang lain bahkan terhadap orangtua saya
sendiri. Ujung-ujungnya saya cuma bisa menangis diam-diam, bertelepati sama
Allah. Itulah pilhan terbaik yang saya miliki sebagai manusia.
Saya
punya tingkat kepekaan dan sensitivitas yang cukup tinggi. Percaya tidak
percaya, saya bisa merasakan situasi hati seseorang dengan membaca gesture,
sorot mata dan air mukanya. Saya bisa tahu ketika seseorang marah atau tidak
nyaman dengan kehadiran saya. Kalau diingat-ingat, saya mulai tanpa sadar
‘membaca’ orang lain waktu kelas satu MTs. Ceritanya di usia saya yang msih
sangat belia, sekitar 12-13 tahun itu, saya pacaran. Ckck, kelakuan. Namanya
juga abege yang sedang mencari jati diri yah. Sekarang mah udah tobat,
kakaaaaak xD
Setiap orang punya masa lalunya
masing-masing. Persoalannya adalah sebanyak apa kita sudah mengambil pelajaran
dari kejadian-kejadian yang pernah kita alami di masa lalu. Iya, gak?
Back to story.
Orang
yang saya pacari (ehm, first love. uhuks)
punya label bad boy alias troublemaker di lingkungan. Saya tidak
tahu kenapa rasa suka yang saya punya untuk dia bisa begitu besar bahkan
mencetak rekor terlama usaha move on
saya, berton-ton air mata sudah saya keluarkan LOL. Orang-orang yang mengenal
saya pun sering nanya kok saya bisa suka dengan orang yang karakternya sangat
berbeda jauh dengan saya? Bagai bumi dan langit. Jawabannya sederhana, karena
dia yang saya lihat tidak seburuk yang lingkungan tuduhkan ke dia. Saya dan dia memiliki benang kesepian yang
mirip. Tanpa perlu menggunakan rumus apa-apa, hanya dengan saling berbicara
satu sama lain, saya tahu dia banyak menyimpan kesakitannya yang menurut saya
terlampau berat untuk seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. He’s too young…. Tidak ada yang berhak
menyalahkan dia bila kemudian dia melarikannya ke hal-hal negatif. Tidak ada
yang mau mendengarnya, atau sekadar bertanya apakah dia baik-baik saja. Orang-orang
terlalu sibuk menjustifikasi, nyinyir dan memandangnya sinis. Dan itu adalah
senjata pembunuh paling ampuh bagi seseorang yang sedang butuh tangan-tangan
ikhlas untuk membimbingnya menemukan jalan
pulang.
Dari dialah semuanya bermula…
Saya
percaya setiap orang punya alasan mengapa mereka melakukan ini dan itu. Dan kita
tidak punya hak men-judge atau menghakimi tanpa mau tahu apa yang melatar
belakanginya.
Jatuh
cinta di usia belia, menjadi korban ketidakharmonisan rumah sejak kecil, punya
phobia terhadap keramaian dan ketidaksukaan pada suara bentakan, penyendiri…. Saya
yang sekarang dibentuk oleh itu semua.
Jangan
pernah berpikir bahwa saya menyesal telah mengalaminya. Saya justru bersyukur
Allah mengenalkan aneka warna perasaan selagi saya belum cukup mapan secara
emosional. Saya belajar mengenali diri saya sendiri, melewati step by step,
walaupun adakalanya saya bergerak lebih lambat dari orang lain, saya tidak mau
menyerah bahkan hingga detik ini.
Kita
tidak akan pernah tahu betapa romantisnya melihat pelangi jika tidak ada hujan
sebelum itu. Saya percaya, selalu ada pesan yang ingin disampaikan Allah pada
setiap apa yang kita alami. Apa yang kita lihat, kita rasakan, dan kita dengar.
Saya memang kesepian, tetapi saya
sendiri lah yang memilih jalan ini.
Saya
tidak akan merasa kesepian lagi bila suatu saat, pada hari yang membahagiakan,
saya dipertemukan dengan seseorang yang sudah Allah tuliskan untuk saya jauh
sebelum saya lahir. Seseorang yang hanya dengan melihat matanya, saya tahu dia
datang untuk saya. Seseorang yang akan setia mendengar celotehan saya tentang apa
saja. Tentang kecintaan saya pada hujan, senja, dini hari dan warna hijau. Dia
yang bisa saja ajak diskusi ngalor-ngidul soal buku, film, lagu, politik,
hingga berapa harga bawang di pasar. Allahumma aamiin…
Saya bisa berubah menjadi orang
yang sangat-sangat cerewet loh xD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^