Minggu, 02 November 2014

[November Wish] #1

Saya baru menyadari betapa kesepiannya seorang Nafilah Nurdin….
Saya tidak sedang mengarahkan tiga jari saya ke diri sendiri, menyalahkan kenapa begini-begitu. Kenyataannya, saya yang memilih menjadi penyendiri, menutup akses orang lain untuk lebih dekat dan lebih memahami bagaimana seutuhnya saya. Membiarkan siapapun hanya bisa menerka dan meraba-raba seperti apa sebenarnya kepribadian orang yang sudah mereka anggap sebagai teman ini.
Saya sengaja mengunci diri.
Bukan tanpa alasan. Barangkali karena saya terlalu sensitif dan perasa sehingga sulit mempercayai orang lain. Ada perasaan tidak nyaman bila saya menyadari bahwa saya keceplosan membuka satu cerita tentang saya. Mungkin juga karena saya tidak percaya diri bahwa ada kok orang yang akan rela meminjamkan waktu dan telinganya untuk seluruh cerita-cerita saya yang kadang absurd, terlalu melankolis, lebay dll. Ada orang yang akan mendengar tanpa menyela atau memotong cerita saya dengan nasihat-nasihatnya. Ada masanya ketika seseorang hanya ingin didengarkan.
Kepala saya sudah sarat dengan banyak hal hingga membuat saya sulit memulai mengurainya satu persatu. Dan percayalah, saya sudah sangat tahu side effect urusan-urusan yang belum selesai di dalam kepala saya ini, saya tahu nilai kebenaran dan kesalahannya setelah melalui proses berpikir bertahun-tahun. Sekali lagi, saya ingin mengeluarkannya bukan meminta solusi. Ya itu tadi, saya belum menemukan seseorang yang hanya dengan menatap matanya, saya sudah tahu dia memang datang untuk saya. Yang dengan dia saya bisa bebas menangis, marah atau mengutuk.
Saya pernah merasa sudah menemukannya. Sekali. Di teman perjalanan yang baik. Semata baik. Karena satu kesalahan kecil, saya dan dia terpaksa memutus komunikasi. Semoga itu bukan salah satu keputusan terbodoh yang pernah saya ambil selama hidup.
Setahun belakangan ini saya benar-benar banyak menghabiskan waktu sendiri, menjauh dari keramaian. Sering melakukan kontemplasi, jatuh-bangun, menangis dan tertawa untuk lelucon yang entah. Sendirian. Karena hanya dengan begitu saya bisa menemui diri saya yang asli. Saya yang tidak banyak bicara, dan lebih suka mengamati. Terkadang saya merasa sedikit luka pada kenyataan saya tidak punya sesiapa untuk saya ajak bicara saat saya begitu ingin berbicara. Tidak ada nomor telepon yang bisa saya hubungi, karena memang pada dasarnya saya tidak terlalu dekat secara emosional dengan orang lain bahkan terhadap orangtua saya sendiri. Ujung-ujungnya saya cuma bisa menangis diam-diam, bertelepati sama Allah. Itulah pilhan terbaik yang saya miliki sebagai manusia.
Saya punya tingkat kepekaan dan sensitivitas yang cukup tinggi. Percaya tidak percaya, saya bisa merasakan situasi hati seseorang dengan membaca gesture, sorot mata dan air mukanya. Saya bisa tahu ketika seseorang marah atau tidak nyaman dengan kehadiran saya. Kalau diingat-ingat, saya mulai tanpa sadar ‘membaca’ orang lain waktu kelas satu MTs. Ceritanya di usia saya yang msih sangat belia, sekitar 12-13 tahun itu, saya pacaran. Ckck, kelakuan. Namanya juga abege yang sedang mencari jati diri yah. Sekarang mah udah tobat, kakaaaaak xD
Setiap orang punya masa lalunya masing-masing. Persoalannya adalah sebanyak apa kita sudah mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang pernah kita alami di masa lalu. Iya, gak?
Back to story.
Orang yang saya pacari (ehm, first love. uhuks) punya label bad boy alias troublemaker di lingkungan. Saya tidak tahu kenapa rasa suka yang saya punya untuk dia bisa begitu besar bahkan mencetak rekor terlama usaha move on saya, berton-ton air mata sudah saya keluarkan LOL. Orang-orang yang mengenal saya pun sering nanya kok saya bisa suka dengan orang yang karakternya sangat berbeda jauh dengan saya? Bagai bumi dan langit. Jawabannya sederhana, karena dia yang saya lihat tidak seburuk yang lingkungan tuduhkan ke dia. Saya dan dia memiliki benang kesepian yang mirip. Tanpa perlu menggunakan rumus apa-apa, hanya dengan saling berbicara satu sama lain, saya tahu dia banyak menyimpan kesakitannya yang menurut saya terlampau berat untuk seorang anak laki-laki berusia 14 tahun. He’s too young…. Tidak ada yang berhak menyalahkan dia bila kemudian dia melarikannya ke hal-hal negatif. Tidak ada yang mau mendengarnya, atau sekadar bertanya apakah dia baik-baik saja. Orang-orang terlalu sibuk menjustifikasi, nyinyir dan memandangnya sinis. Dan itu adalah senjata pembunuh paling ampuh bagi seseorang yang sedang butuh tangan-tangan ikhlas untuk membimbingnya menemukan jalan pulang.
Dari dialah semuanya bermula…
Saya percaya setiap orang punya alasan mengapa mereka melakukan ini dan itu. Dan kita tidak punya hak men-judge atau menghakimi tanpa mau tahu apa yang melatar belakanginya.
Jatuh cinta di usia belia, menjadi korban ketidakharmonisan rumah sejak kecil, punya phobia terhadap keramaian dan ketidaksukaan pada suara bentakan, penyendiri…. Saya yang sekarang dibentuk oleh itu semua.
Jangan pernah berpikir bahwa saya menyesal telah mengalaminya. Saya justru bersyukur Allah mengenalkan aneka warna perasaan selagi saya belum cukup mapan secara emosional. Saya belajar mengenali diri saya sendiri, melewati step by step, walaupun adakalanya saya bergerak lebih lambat dari orang lain, saya tidak mau menyerah bahkan hingga detik ini.
Kita tidak akan pernah tahu betapa romantisnya melihat pelangi jika tidak ada hujan sebelum itu. Saya percaya, selalu ada pesan yang ingin disampaikan Allah pada setiap apa yang kita alami. Apa yang kita lihat, kita rasakan, dan kita dengar.
Saya memang kesepian, tetapi saya sendiri lah yang memilih jalan ini.
Saya tidak akan merasa kesepian lagi bila suatu saat, pada hari yang membahagiakan, saya dipertemukan dengan seseorang yang sudah Allah tuliskan untuk saya jauh sebelum saya lahir. Seseorang yang hanya dengan melihat matanya, saya tahu dia datang untuk saya. Seseorang yang akan setia mendengar celotehan saya tentang apa saja. Tentang kecintaan saya pada hujan, senja, dini hari dan warna hijau. Dia yang bisa saja ajak diskusi ngalor-ngidul soal buku, film, lagu, politik, hingga berapa harga bawang di pasar. Allahumma aamiin…

Saya bisa berubah menjadi orang yang sangat-sangat cerewet loh xD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^