DIALOG TIGA
Selamat datang. Kau terlihat semakin baik.
Benarkah?
Apakah aku keliru?
Tidak. Kau benar.
Jadi, kau tak butuh bercerita padaku lagi?
Siapa bilang?
Kau sudah baik-baik saja sekarang.
Kau mau meninggalkanku?
Aku tidak bilang begitu. Hei kenapa selalunya kita mendebatkan sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan? Aku benar-benar sedang ingin mendengar kau bercerita. Tentang apa sajalah.
Tentang kamu.
Aku? Aku tidak punya sesuatu yang bisa diceritakan.
Kebohongan macam apa yang ingin kau sampirkan di matamu itu? Kau tak pandai memanipulasi dan tidak seharusnya kau begitu. Kau sedang jatuh cinta. Benar?
Tidak.
Bagian mana kalimatku yang salah.
Aku sedang jatuh cinta. Kamu salah.
Lalu apa?
Aku ingin kau yang bercerita bukan aku.
Sekali waktu gantian dirimu tak masalah, bukan?
Baiklah, dengarkan baik-baik. Ini `kecelakaan` kecil. Aku tahu setan paling lihai menyusupkan jebakan di jalan-jalan yang kita tempuh. Aku tak luput pula. Setan oh setan. Aku yang sejak awal tidak tahu menahu soal wajah itu berbalik ingin tahu. Ini bencana awal. Bencana pertengahan, ada-ada saja waktu datang menerjemahkan kediamanku dengan mengingatnya. Aku takut ini menutup langkah warasku. Ini gila! Aku sudah bilang aku tidak mau hal-hal seperti ini. Kenapa kau tertawa?
Kau takut?
Aku juga sama sepertimu. Kau lupa kita ini satu. Dasar bodoh! Sebenarnya apa yang kita bicarakan? Kau tahu dengan jelas dan aku paham dengan sempurna. Kita satu.
Apakah kita akan baik-baik saja nantinya?
Insya Allah. Aku berharap.
Apakah Tuhan akan menolong kita?
Allah sebaik-baik penolong. Kau lupa itu?
Bagaimana dengan wajah itu?
Aku yakin bila saatnya kelak datang, kita hanya perlu membungkusnya rapi dalam do`a.
Do`a apa yang ingin kau rapalkan?
Ya Rabb... hindarkanlah kami dari petunjuk yang salah lagi menjauhkan wajah dan hati kami dari jalanMu. Palingkanlah kami dari ketidaksadaran saling mendzhalimi hati saudara kami yang lain. Itu.
Siapa yang sedang jatuh cinta?
Kita. Kau tidak mengizinkanku tertawa? Seram amat dirimu. Sesekali tertawa tak apalah...
Kemarikan kupingmu.
Apa?
Kau mau melihat setan menangis pilu?
Caranya?
Pukul telak mereka dengan ketangguhan kita. Karena kita punya Allah....
Kalimat siapa lagi yang kau util?
Seseorang. Kau tahu siapa dia.
Huahahaha... kita benar-benar sepasang sayap rahasia.
Pssssaatttthh. Aku menyerah bermain petak umpet denganmu.
Yaaahh, aku memang jatuh cinta tapi aku baik-baik saja karena aku punya Allah, bukan begitu, sayang?
Aku mendengar setan menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^