Masih berhubungan dengan insomnia yang saya alami, semalam sambil menantikan kunjungan kantuk, saya memutuskan nonton tivi. Nonton apa saja. Tapi ujung-ujungnya, semua tontonan saya malah film n' drama korea :D
Ada sebuah judul film yang berhasil menarik perhatian saya. Sebelumnya saya memang sudah pernah menonton film ini namun barulah pada kali kedua saya merasakan feeling terhadap film ini. Mungkin karena terpengaruh suasana hati yang lagi melankolis maksimal. Judulnya "Diary of June". Ini sebenarnya film lama tapi berhubung saya baru nonton ya teteup masuk itungan baru dong buat saya.
Okeh, let's cekidot laporan pandangan mata dari saya tentang "Diary of June".
Directed
by : Im Kyeong-soo
Produced
by : Byun Moo-rim, Im Kyeong-soo
Written
by : Im Kyeong-soo
Starring
: Eric Moon as Kim Dong Wook, Shin Eun Kyung as Chu Ja Young,
Yunjin
Kim as Seo Yun Hee
Release
date : Desember 1, 2005
Alternative
title: Bystanders
Sinopsis
Film ini dimulai dengan dua kasus kematian anak sekolah yang kemudian diketahui saling berhubungan oleh dua orang detektif, Choo Ja-young (Shin Eun-kyung) dan juniornya Kim Dong-wook (Eric / Moon Jung-hyuck) dari kesamaan bukti berupa kapsul berisi kertas potongan diary. Penyelidikan pun dimulai dari sekolah korban dan mendapatkan petunjuk tentang penulis diary, Jin-mo yang ternyata telah meninggal beberapa bulan sebelumnya dalam kasus tabrak lari. Setelah diary ditemukan petunjuk-petunjuk pun semakin jelas untuk mengungkap korban-korban selanjutnya, selain itu pelecehan terhadap Jin-mo di sekolah pun terbuka dan membuka rahasia-rahasia lain dibalik kasus ini. Klik di sini untuk review keseluruhan :)
*Note :
Terlepas dari kekurangan Diary of June seperti alur cerita yang tidak fokus, terlalu banyak hal yang ingin ditonjolkan pada akhirnya membuat cerita film ini berjalan lambat, padahal genre-nya thriller loooh tapi kok ya nggak tegang-tegang amat. Saya malah lebih cenderung merasakan atmosfer psikologi di film ini hehe. Tapi saya sangat-sangat menyukai film ini. Menjelang akhir film, saya menangis. Saya seperti bisa merasakan duka yang dirasakan tokoh Jin-mo. Jin-mo, siswa SMA yang meninggal karena tabrak lari (laporan kepolisian, sebenarnya bunuh diri) sebelumnya mengalami pelecehan bertubi-tubi dan secara terus menerus oleh teman-teman sekelasnya. Untuk ukuran anak-anak, saya menilai pelecehan yang dialami Jin-mo sangat brutal dan menyakitkan. Sosoknya yang lemah dan tidak mempunyai teman akrab semakin membuatnya terlihat empuk sebagai sasaran. Tidak ada yang mau mendengar ia bersuara. Pun di rumah, kondisi keuangan keluarganya kacau balau sejak ayahnya melarikan diri karena bisnisnya kandas. Hutang-hutang menumpuk membuat ibunya kerap marah-marah. Acapkali Jin-mo harus merasakan dua kali kesakitan, dilecehkan teman-temannya di sekolah dan dipukuli ibunya di rumah apabila ia pulang membawa bekas-bekas penganiayaan teman-teman. Di sini lah saya menangis. Saya membayangkan bila saya berada di posisi itu, duh... Betapa menyakitkannya ketika tidak ada seorang pun yang mau mendengar apa yang kita katakan. Suara kita hanya membentur ruang hampa. Itulah yang Jin-mo rasakan. Ia kemudian lebih memilih menuliskan kesedihannya di buku harian. Tujuannya bukan apa-apa, hanya sekadar agar beban duka yang memenuhi dadanya berkurang.
Tetapi justru buku inilah yang mengawali seluruh tragedi pembunuhan teman-teman Jin-mo. Nama-nama yang ada di diary tersebut satu-persatu tewas mengenaskan oleh pembunuh yang ternyata adalah ibu Jin-Mo. Soo Yoon Hee (ibu Jin-mo) menyalahkan orang-orang yang melecehkan anaknya sebagai penyebab kematian anaknya.
Lengkap sekali kepedihan yang dialami Jin-Mo. Selama masa-masa getir pelecehan itu, ibu Jin-mo tahu kalau anakany tertindas tapi ia justru menyalahkan anaknya. Dalam sebuah adegan di mobil, beberapa menit sebelum Jin-mo memutuskan bunuh diri dengan berdiri di tengah jalan raya, ibunya berkata atau setengah memelas agar Jin-mo menghilang sejenak dari hidupnya, pergi ke suatu tempat di mana ibunya tidak perlu lagi menghadapi hal-hal yang membuatnya tertekan (Jin-Mo dan ayahnya). Jin-mo benar-benar mengabulkan permintaan ibunya dengan menghilang selama-lamanya.
Catatan terakhir di diary-nya, Jin-Mo menulis...
| |||
Itulah kalimat kunci yang menyelesaikan semuanya. | |||
![]() | |||
"Kenali sekitarmu... jangan menutup mata dan telingamu. Jika kau jeli, ada luka di setiap bola mata yang memandangmu...." | |||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^