Ini bukan tentang benci apalagi marah. Lebih kepada penerimaan. Bahwa sejatinya, kau dan aku akan lebih baik jika menyusuri jalan berbeda. Kau di dalam ruang kotak-kotak yang sunyi dan gelap. Lalu aku, aku? Aku beringsut merenda kisah baru. Bersama angin sepoi. Tanpa namamu.
Selamat tinggal. Aku pergi, Jo...
=oOo=
Ning, aku merindukanmu. rindu bercengkrama denganmu. Aku kelelahan, Ning.
aku di sini, di bilik hening
meringkuk sendirian.
di luar huan deras sekali, rasanya aku akan membeku sebentar lagi...
Ning, kau dimana?
mengapa kau tak mencariku?
lonceng di gudang kita juga sudah tak bersedia berdentang untuk kita
apakah kau sudah melupakanku?
Ning, aku takut...
aku gemetar
lapar akan hangat matahari
haus celotehan ramaimu
Ning...
maaf, aku menangis lagi...
***
"apakah malaikat akan mendengar kan doa-doa kita?"
"tentu saja."
"benarkah?"
"Iya, ayo ucapkan doamu, nanti biarkan malaikat yang membawa doamu menghadap Tuhan, malaikat yang baik hati."
"... tidak, aku akan minta langsung pada Tuhan."
...
"Tuhan, jagalah hati kami, jagalah kami agar hujan tak terlalu ramah mengulum kami dalam badai. jagalah kami agar matahari tak terlalu ganas mencandai kami. kalaupun tidak engkau kabulkan. maka biarkanlah tangan kami tetap saling berpegang seerat mungkin. karena hanya dengan berdua kami kuat."
***
Ning....
=oOo=
Senandung hujan dipenghujung hari
mengundang aroma galau,
riuh lagi kelabu..
Menyisakan genangan tak berarus sesudahnya
sampai kering tanpa jadwal
sampai habis matahari menghirupnya
lalu, kapankah matahari tiba?
Cukup lama hujan singgah
kemudian pamit dgn geming
meninggalkan senja tanpa lembayung
telah dicurinya semarak penghabisan siang
kecuali mendung yang terus menggelayut manja
mungkinkah cemburu?
Kapan matahari tiba?
Sekarang malam berampas pekat
serasa-rasa tak berkantung udara
sekonyong-konyong datanglah sengau angin, merayu riang
malam terpekur
firasatnya tak enak
nampak pula di kejauhan di pucuk selatan
segerombolan hujan tergopoh-gopoh menujunya..
Aih, rupa-rupanya hujan sudah tk bersantun lagi
sesukanya saja datang menyerbu
gemuruhlah atap-atap seng dan rumbia dirumah-rumah kampung itu
padu padan dalam melodi musim basah
musim apakah ini?
Jejangkrik mengungsi cepat-cepat
malam tertikam
menggigil dingin tanpa lelap
kapan matahari tiba?
Entah siapa yang bertanya...
(Kabaena, Agustus 10')

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^