Kamis, 12 April 2012

Dear Langit... Hari Ketiga

*Benerin senyum sebelum mulai ngetik...

Ehmmm... Testing satu, dua, tiga... Oke. Mulai!

Damai itu indah lho... suer! Gak percaya? Coba aja tanya sama anaknya. Emang dia punya anak? Ergh, kita lagi ngebahas apaan sih? Tauk. Gubrak! *Dikeroyok massal.

Okeh oke, balik ke topik. 
 Damai. Ketika mendengar kata ini apa yang terbersit di pikiranmu? Tenang? Iya. Gak ada keributan? Yup. Semua hidup berdampingan dan saling tolong menolong, bergotong royong, saling menghormati. Ahaaa... persis ajaran buku PPKN jaman SD :D
Menurut KBBI online, damai berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, tidak ada perang, tentram tenang. Menurut saya, saya setuju dengan KBBI online :D

Damai. Kali ini saya mengkhususkannya dengan hati. Bagaimanakah suasana hati yang sudah sanggup memetakan damai dengan sempurna? Pastilah menyenangkan. Bangun pagi dengan perasaan plong setelah semalam kelar menyusun rencana sehari itu. Menjalani hari-hari tanpa dengan kelegaan setinggi harap. Keren ya? Iya. Saya juga ingin seperti itu. Tak hanya merasa aman ketika berada di keramaian juga merasakan hal yang sama saat sendirian di kamar. Jujur, walaupun saya sangat suka kesunyian, di lain kesempatan lingkup sunyi sering membuat saya menggigil haru. Menangis sendirian mengingat itu.

Hari ketiga perjuangan saya mendamaikan hati dengan si `perusuh` perlahan-lahan menunjukkan hasil. Inilah yang dinamakan proses. Melewati detik-detik menyiksa (kata saya) yang ternyata sangat membantu jika saya mau sedikit sabar. Menikmati setiap sesaknya sebagai akibat dari `kenakalan` saya kemarin-kemarin itu. Hei, lihat! Tidak ada yang berlangsung sia-sia, kan? Hubungan sebab akibat bermain di sini. Saya memantik api, terbakar, lalu berusaha memadamkannya. Ya, sekalipun padam toh jejak kebakaran mengabadi. Hati mencatat setiap detailnya. 
Akibat adalah resiko dan tanggung jawab. Kita gak akan pernah lepas dari itu. 

Damai itu indah lho... apalagi kalo kita mencari subjek yang tepat untuk mendamaikan hati. Siapa lagi kalo bukan Allah? Gak ada tempat berlari selain Allah. Nah, bebalnya kita terlihat di sini. Kita lebih sering berlari pulang kepada Allah jika dunia menghajar kita hingga babak belur. Kita hanya mau mengamini kalo kita punya Allah saat kepentok masa-masa sulit. Kita hanya mau mengakui kalo kita gak sanggup berjalan sendiri tanpa petunjukNYA ketika air mata kesedihan membanjir gara-gara  ditimpa masalah berat. Kita hanya... ahhhh... Hanya ketika...

Dear langit...

Tapak-tapak perjuangan akan selalu tertoreh sampai akhir. Tetap doakan ya? ^__________^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^