Selasa, 20 Desember 2011

Another Story From Me


---

Betapa selama ini niat yang tadinya istiqamah malah membias kemana-mana. Sepatutnya rasa malu ini terus berdenyut. Sebagai makhluk yang diciptakan untuk mengemban amanah, justeru sebaliknya berbalik khianat. Ketika kemunafikan sudah merasa nyaman bercokol dihati-hati ini maka akan terasa sangat sulit mematikannya. Bahkan bukan mustahil kehidupannya tak terdeteksi kesadaran.


kelengahan ini adalah wujud syetan sebenarnya. Mereka diam diam mencuri semua yang kita usahakan dan menggantinya dengan kesenangan semu.

Sampai sejauh mana kita memaknai hikmah dengan hati lapang? Pada akhirnya, luapan kesyukuranlah yang pantas tercetus. Sungguh, tidak ada satupun kejadian yang berlalu sia-sia. Sekalipun ia berwujud kepahitan dan kepedihan. Ada saat dimana kita harus berbenah. Selagi masih diberi kesempatan. Selagi hati-hati ini belum ditutup selamanya dari kebaikan-kebaikan.

"apakah kau sudah siap menghadapi kematian?"

"sudah cukupkah bekalmu untuk menghadap pemilikmu?"

tidak ada satupun manusia yang sanggup menjamin dirinya bahwa ia pantas melenggang manis menuju akhirat di atas kecukupan amalnya. Maka sepantasnyalah sikap mawas diri terus terpelihara. Sebab hati adalah sepotong daging yang lentur. Menjadi sasaran empuk kebathilan, tunggangan syetan.

Wallahu alam..

*Kendari, November. Dini hari
---

Mengapa harus merasa bersedih karena mendadak semua yang di harapkan buyar hanya dalam sekali sentak? mengapa harus menuding Allah bahwa Allah tak mencintai kita? karena kekalahan yang kita alami, karena kesulitan yang kita hadapi, karena kondisi sulit yang selalu saja datang melumat habis kesabaran kita, karena semua duka dan luka yang seolah hanya kita saja yang mengalaminya, karena kecemburuan kita terhadap hal baik yang diterima orang lain...

Untuk semua masa-masa sulit itu, bukankah kebaikan-kebaikan Allah, kasih sayang Allah, cinta Alllah kepada hamba-hambanya ada di dalamnya? ujian, cobaan, musibah, ketidakberuntungan, kesemuanya itu Allah berikan untuk mengajari kita agar lebih dekat dengan Allah Sang pemilik Semesta, yang menguasai  seluruh aliran darah kita, mengetahui apa yang terbit nun jauh di dalam hati-hati kita...
untuk mengajari kita bagaimana menghidupkan hidup agar lebih bernyawa dalam dekapan keikhlasan yang bermuara kepada Allah..

Allahu Akbar...
nikmat yang Allah berikan kepada kita teramat luas, tak akan pernah ada penggambaran yang sempurna tentang itu karena hatilah yang berbicara. setiap hari keajaiban-keajaiban datang silih berganti menyapa entah lewat kegembiraan atau malah kesedihan. ah... bukankah itu menandakan bahwasanya Allah sedang memperhatikan kita?

Duhai hati yang selalu merasa sendirian, lihatlah di sekelilingmu ; saat kau terbangun di pagi hari, merasakan cahaya matahari menyentuh kulit, air mata, udara yang kau hirup setiap detiknya....
masihkah ada yang dengan sombong berkata : mengapa kau timpakan ini padaku Ya  Rabb?mengapa Engkau meninggalkanku Ya Allah? Cobaan ini terlampau sulit...

sebab Allah tak pernah sedetikpun melepaskan kita dari pandanganNYA... sebab Allah Yang Maha Melihat lagi Mengetahui...

Alhamdulillah...
----

Apa yang akan kau lakukan saat terjadi hal yang tidak kau inginkan?

Sahabatku tersayang menanyakan ini padaku. Ah, sebuah pertanyaan sederhana sekaligus sulit. Sederhana sebab aku teramat sering melontarkan pertanyaan semacam itu pada diriku sendiri. Saking rajinnya aku bertanya aku sampai lupa alasan mengapa aku harus bertanya demikian. Sulit, aku bilang begitu karena aku khawatir ia akan menertawakanku jika aku memberinya jawaban yang kedengarannya teoritis.

Apa yang akan aku lakukan saat sesuatu yang tak kuharapkan terjadi? Pertama, menangis (karena aku cengeng). Kedua, diam-diam mengirim pertanyaan rahasia pada Tuhan (karena aku penyendiri). Ya. Tak terhitung sudah berapa kali rencanaku menabrak kegagalan. Tak terhitung lagi berapa kali aku harus mengelus dada gara-gara keinginanku justeru menguap sia-sia tanpa penyelesaian sempurna. Aku juga sering menangis, sedih tak ketulungan karena ada saja kejadian luar biasa di luar kendaliku. Jika sudah seperti itu aku akan berdiam diri, mengamati sekitarku, berbicara pada diriku sendiri. Setelah reda biasanya aku berusaha sebisa mungkin berdamai dengan sikon. Tentu saja harus seperti. Akan lucu dan memalukan kalau aku terus menerus menangis di pojokan kamar, mencari-cari siapa yang cocok untuk kupersalahkan. Memang sudah seperti itu, aku tahu aku tak punya kuasa mengatur kejadian demi kejadian agar sesuai dengan yang kuinginkan. Itu namanya manusia tak tahu malu.

Tuhan bukan pesuruh yang bisa ditunjuk seenak jidat untuk memenuhi keinginan2 kita.
Ini adalah kekuatan terbesarku sehingga aku masih merasa cukup kuat menghadapi kegagalan dan kehilangan. Bukan berarti aku kebal terhadap itu semua. Sebisa mungkin aku belajar dan terus belajar mengenali kekuatanku lewat kegagalan dan kehilangan. Ahai, aku (juga) manusia :)

---
Maka biarkanlah aku merapal kidung hujan. Mendekam sendirian di kedalaman hening. Mencipta denting baru sebanyak-banyaknya. Dari rerintiknya. Dari gemuruhnya. Dari isyarat matahari kepadanya, berupa pelangi di tepian horizon.
Agar ketika hujan pergi, aku tidak merasa di tinggal sendirian.
Panggil aku Rinai.

---

*Catatan-catatan saya sepanjang tahun 2010 kemarin. Saya ambil secara acak di akun facebook, sengaja saya posting ulang di blog biar sekalian jadi pengingat kalo sebelumnya saya sudah pernah jatoh dan bisa ngambil ibroh/manfaat dari apa yang telah saya lewati. Emang paling nyaman muhassabah lewat catatan-catatan hati. Taon kemarin adalah taon produktif saya nulis. Kalo taon ini relatif statis dan paling sering buntu ide. Insya Allah taon depan (semoga masih diberi nikmat kesehatan) aktivitas nulis saya kembali bergeliat dan pulih... Aamiin :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^