Sabtu, 31 Desember 2011

CATATAN UNTUK CERPEN JADUL SAYA


Huahahaha...
Oups.
Istigfar ukh...
Mangap eh maap.
Kemarin saya iseng menengok Email lama saya dan menemukan beberapa cerpen yang saya kirim ke beberapa media di folder sent 2 tahun silam. Lalu apa yang membuat saya tersipu dan ngakak geli (?).
Cerpen-cerpen saya gak ada yang beres! Pantes aja ampe jamuran pun gak bakal dilirik sama redaksi. Bukan idenya tapi tata cara penulisan cerpen saya yang Masya Allah acakadut. Saat membaca ulang semuanya saya gak brenti geleng-geleng kepala (ini bukan area ajep-ajep). Senyum-senyum sendiri. Di awal-awal saya menulis cerpen pake lepi (sebelumnya nulis pake pulpen alias manual, rupanya saya tidak mengindahkan penggunaan EYD. FYI, pelajaran yang saya sukai sewaktu di SMP-SMA adalah Bahasa Indonesia. Trus kenapa EYD aja gak tau dan gak becus? Iya, karena saya hanya fokus pada pengaplikasian materi seperti puisi, nulis cerita pendek/drama dan teater. Lainnya? Gak saya hayati dengan semangat 98`. Padahal ngakunya aku anak Indonesia.... *masuk kolong ranjang.
Okeh, lanjut kisah....
Beberapa kesalahan fatal yang sebenarnya sangat sederhana kalau saya paham EYD dalam cerpen saya adalah sebagai berikut :
1.      Penggunaan huruf kapital pada nama orang. Contoh : Tenma. Saya tulis tenma.
2.      Penggunaan tanda titik (.) dan tanda koma (,) serta huruf kapital pada pada percakapan.
Contoh :
“saya tidak tahu apa maksud pembicaraan anda”, kata laila -- salah
Saya tidak tahu apa maksud pembicaraan anda,” kata Laila. -- benar
Pada percakapan antar tokoh setelah  tanda petik seharusnya dimulai dengan huruf kapital. Trus mengenai penggunaan tanda titik (.) dan tanda koma (,) pada percakapan digunakan apabila :
->  Percakapannya tidak diikutkan dengan penjelasan (bahasa saya aneh). Saya langsung kasih contoh aja ya.
Contoh :
“Aku akan menemui Ben dan menceritakan semua ini padanya,cetus Prima -- yang saya maksud penjelasan adalah yang saya bold.
Versi lainnya tanpa penjelasan.
“Aku akan menemui Ben dan menceritakan semua ini padanya.”
3.      Penggunaan kata sambung.
Kata sambung `di` berlaku untuk dua kondisi.
->  Apabila bertemu kata sifat dan kata kerja yang kemudian berubah menjadi pasif.
Contoh : kata kerja
Bayu di pukuli preman -- salah
Bayu dipukuli preman -- benar
Contoh : kata sifat
Kayla di tertawakan seluruh teman sekelasnya -- salah
Kayla ditertawakan seluruh teman sekelasnya -- benar
--> Apabila di bertemu kata penunjuk atau tempat.
Contoh :
Dirumah -- salah
Di rumah -- benar
Disana -- salah
Di sana -- benar.
Sekian dulu catatan pengingat saya, saya bukan pengamat dan satpam EYD yang baik karena sampai saat ini pun saya masih belajar dan pengetahuan EYD saya perlu direvisi setiap harinya makanya saya giat membaca karya orang lain dan membaca buku pembelajaran EYD. Kesalahan-kesalahan sepele seperti di atas sering sekali ditemukan pada karya penuli-spenulis pemula (ya saya ini lho). Saya merekomendasikan buku On Writingnya Stephen King dan kamus EYD lengkap. Saya jamin bermanfaat bagi kita yang mau dan berniat menekuni dunia kepenulisan.
Kalo ada yang memberi koreksi silahkeun.... ^____^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^