Jumat, 23 Desember 2011

Antara Es Krim, Pintu dan Cinta (Saya Terpekur, Diam)


Saya berada di tengah, mengamati. Dan makin percayalah saya bahwasanya dunia ini dihubungkan oleh satu temali halus tak terlihat. Tak ada yang keluar dari ikatan itu yang entah apa namanya.

Es krim, pintu dan cinta memenuhi perhatian saya sejak kemarin. Mereka berkontemplasi, seolah berembuk merumuskan sebuah jalan panjang bagi langkah saya ke depan. Pertanyaan saya terjawab dengan sempurna!


Akumulasi dari sebuah kesabaran adalah ungkapan syukur. Saya bahkan selalu berujung nangis tiap kali berusaha menahan amarah tapiiii di saat yang bersamaan saya teringat Rasulullah, seberapa tebalkah dinding kesabaran yang Beliau miliki? Pasti sangat tebal. Subhanallah... saya merinding dan bersegera menata hati. Perbandingan yang tidak setara. Saya bukanlah apa-apa.



Ada yang terluka. Pastilah ada.

Ada yang merasa sakit. Tentu saja.

Dan ada yang berdiam diri, menyesap amarah.

Ada yang merenda doa demi apapun yang bisa membuat lega.

Karena hati saya Allah yang punya, saya berdoa demi kelapangan kepada yang Maha Menggenggam hati...

 

Layaknya es krim, tidak ada satu pun yang abadi...
Semua pasti akan kembali kepada yang maha memiliki
Allah...
Jika saya marah, kecewa, bahagia, tertawa, sedih, tunggu saja. Semua itu pasti akan hilang, mencair. 
Biarkan mereka seperti es krim.

Karena saya tidak punya kekuatan super yang bisa menampung dan memendam sekian lama.
Ada pintu, arah keluar.
Ada cinta di setiap pengharapan.

Saya sedang berusaha, berusaha dan berusaha mencintai kesabaran hati walaupun teramat sulit. Rute jalan saya kini menuju sebuah tempat yang saya namakan : S Y U K U R

Makasih ya Allah...
Makasih es krim....
Pintu saya terbuka menerima banyak cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca tulisan ini,.. ^^